Komisoner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, sekolah darurat diperlukan karena lamanya proses pembangunan sekolah yang terdampak gempa.
"KPAI mendorong pemerintah membuat sekolah-sekolah darurat, mengingat perbaikan gedung sekolah yang terdampak akan memakan waktu lama," ujar Retno di Kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/8/2018).
Retno mengatakan, dari data yang dimiliki, hingga 12 Agustus tercatat ada 606 sekolah di NTB yang terdampak gempa, mulai dari PAUD hingga sekolah luar biasa (SLB).
Bangunan sekolah dasar (SD) paling banyak terdampak gempa yaitu 341 unit sekolah.
"Selama proses pembangunan, kan, anak-anak tidak mungkin diliburkan dalam tempo yang lama. Karenanya haknya untuk mendapatkan pembelajaran tetap harus dipikirkan," kata dia.
Lombok Utara adalah daerah yang paling terdampak gempa karena berdekatan dengan pusat gempa.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Senin ini menyebutkan 436 orang meninggal dunia akibat gempa bumi bermagnitudo 7.
Korban meninggal dunia tersebar di Kabupaten Lombok Utara 374 orang, Lombok Barat 37 orang, Kota Mataram 9 orang, Lombok Timur 12 orang, Lombok Tengah 2 orang dan Kota Lombok 2 orang.
Sementara itu, korban luka-luka tercatat 1.353 orang, dengan rincian 783 orang luka berat dan 570 orang luka ringan. Korban luka-luka paling banyak terdapat di Lombok Utara sebanyak 640 orang.
Berdasarkan data dari Posko Tanggap Gempa Lombok hingga Senin ini, tercatat ada 352.736 pengungsi.
Sebaran pengungsi terdapat di Kabupaten Lombok Utara 137.182 orang, Lombok Barat 118.818 orang, Lombok Timur 78.368 orang, dan Kota Mataram 18.368 orang.
Selain korban jiwa, BNPB juga mencatat kerusakan fisik yang meliputi 67.875 unit rumah rusak, 606 sekolah rusak, 6 jembatan rusak, 3 rumah sakit rusak, 10 puskesmas rusak, 15 masjid rusak, 50 unit mushala rusak, dan 20 unit perkantoran rusak.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/13/22562531/kpai-dorong-pemerintah-bangun-sekolah-darurat-di-lombok