Salin Artikel

"Saya Jualan Kurban di Sini Untungnya Lebih Rp 10 Juta, kalau Mau Larang, Carikan Tempat yang Ramai"

Asep, salah satu pedagang hewan kurban, menyampaikan bahwa ia setiap tahunnya membuka lapak hewan kurban di lokasi tersebut menjelang Idul Adha.

"Saya sudah rutin setiap tahun ya berjualan di sini. Saya bangun kandang ini dari seminggu yang lalu. Belum ada tuh yang ngelarang kita berjualan," kata Asep kepada Kompas.com, Senin (20/8/2018).

Ia mengaku belum pernah mendapatkan sosialisasi tentang larangan berjualan di trotoar.

Jika memang dilarang berdasarkan aturan, ia berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memberikan tempat yang layak untuk berjualan hewan kurban.

"Enggak pernah ada yang memberikan informasi larangan tuh. Saya kan sudah bilang ini sudah rutin setiap tahun. Kalau memang mau melarang, pemerintah ya sediakan tempat yang layak dan ramai pembeli," ujar Asep.

Ia mengaku menjual kambing mulai dari harga Rp 2 hingga Rp 5 juta. Ia bisa mendapatkan keuntungan lebih dari Rp 10 juta setiap tahunnya.

"Saya berjualan di sini keuntungannya bisa lebih dari Rp 10 juta. Makanya saya bilang kalau mau melarang ya carikan tempat yang layak biar tetap ramai dengan keuntungan yang sama," kata Asep.

Penjual hewan kurban lainnya, Ridho, juga mengaku setiap tahun membuka lapak hewan kurban di trotoar sepanjang Jalan KH Mas Mansyur tersebut.

Menurut dia, dengan berjualan di trotoar, akan lebih mudah menarik perhatian pembeli.

"Kalau jualan di sini kan mudah diliat pembeli yang berasal dari Pasar Tanah Abang. Lagipula semua orang sudah tahu kalau kita memang terbiasa jualan di sini," ujar Ridho.

Ia mengaku tidak takut apabila dipindahkan pemerintah ke tempat lain. Menurut dia, banyak di wilayah lain pedagang yang juga menjual hewan kurban di trotoar.

"Kalau mau gusur kita, itu artinya memutus rezeki orang," kata Ridho.

"Lagipula di tempat lain juga banyak yang jualan di trotoar, kenapa cuma pedagang Tanah Abang yang dilarang. Seharusnya kalau kita dilarang, semua juga harus dilarang," ujar dia.

Pendapat yang sama diungkapkan pedagang hewan kurban di trotoar Jalan KH Mas Mansyur lainnya, Miftah.

Menurut dia, para pedagang hewan kurban Tanah Abang enggan direlokasi jika Pemprov DKI masih mengizinkan penjual lainnya mendirikan lapak di trotoar.

"Jangan pilih kasih. Kalau kita emang dilarang dan mau dipindah, penjual lainnya juga harus begitu," kata Miftah.

Seperti diketahui, dua hari menjelang Hari Raya Idul Adha 1439 H, para pedagang hewan kurban mulai menampakkan diri di sepanjang trotar dan bahu jalan di Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Kompas.com mencoba menelusuri sepanjang Jalan KH Mas Mansyur hingga Blok B Pasar Tanah Abang pada Senin (20/8/2018) sore.

Setidaknya, lebih dari sepuluh penjual hewan kurban mendirikan lapaknya di sepanjang trotoar.

Sebagian besar jenis hewan kurban yang dijual adalah kambing. Namun, ada pula yang menjual sapi di trotoar.

Kondisi tersebut membuat arus lalu lintas semakin tersendat. Bau kotoran hewan kurban pun bisa tercium dari radius 100 meter.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/20/20105581/saya-jualan-kurban-di-sini-untungnya-lebih-rp-10-juta-kalau-mau-larang

Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke