Salin Artikel

Busa di Kali Item dan Rencana DKI Atur Usaha Cuci Mobil dan Laundry

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebutkan, busa itu disebabkan limbah detergen dan limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke kali. Sisa air cucian bisnis cuci mobil dan laundry di sekitar Kali Sentiong juga rupanya dibuang ke kali itu. Sejumlah pekerja dan pengusaha dua jenis usaha itu mengakuinya.

Malang (41 tahun), pengelola usaha laundry di Kelurahan Sunter Jaya, mengatakan, setiap hari, air bekas cucian dibuang ke saluran got di depan tempat usahanya yang akan mengalir ke Danau Sunter sebelum dipompa ke Kali Sentiong.

"Semuanya langsung dibuang, kalau di sini enggak ada penampungan air begitu. Di sini banyak laundry, kayaknya semua langsung ke got," kata Malang, Kamis (3/1/2019).

Cerita serupa diutarakan karyawan di kios laundry Ayi (35) dan pengelola tempat cuci mobil Oman (54).

Oman mengakui, air bekas cucian dari tempat usahanya dibuang ke got yang langsung mengalir ke Kali Sentiong. Menurut dia, air yang mengalir ke Kali Sentiong sudah bebas dari kotoran, seperti butiran pasir hingga sisa sabun cair.

"Dibuang ke kali kecil itu, ada penampungannya sih buat ambilin kotorannya kayak pasir begitu, tetapi airnya langsung ngalir ke Kali Sentiong," kata Oman.

Akan diatur

Karena itu, Pemprov DKI Jakarta akan mengatur usaha cuci mobil dan laundry. Salah satu yang akan diatur adalah terkait lokasi dan pengolahan limbah kedua jenis usaha tersebut.

"Kita di Jakarta akan mengatur juga tentang di mana-mana saja, di mana kita boleh melakukan pencucian mobil, tempat laundry, pengolahan air limbah hasil pencucian mobil dan hasil laundry," ujar Anies, kemarin.

Solusi lain yang akan dilakukan Pemprov DKI untuk mengatasi pencemaran detergen di sungai yakni dengan membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di perkampungan warga. Dengan demikian, limbah rumah tangga diharapkan tidak lagi dibuang ke kali dan sungai.

Kebijakan pemerintah pusat 

Selain itu, Pemprov DKI berharap Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan mengkaji ulang standar penggunaan bahan-bahan detergen. Anies menyampaikan, masalah limbah detergen tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi di seluruh Indonesia.

Karena itu, Anies menyebut solusi untuk mengatasi pencemaran sungai dan kali harus dimulai dari hulu. Caranya yakni mengatur penggunaan detergen ramah lingkungan.

"Harus diselesaikannya secara nasional, bukan saja diselesaikan di hilirnya. Di hilirnya itu adalah sudah ada polutannya, lalu kita mau bersihkan polutannya. Yang harus dilakukan juga adalah di hulunya," ucap Anies.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, Balai Sertifikasi Industri dari Kementerian Perindustrian telah mengeluarkan aturan Standar Nasional Indonesia 4594 tahun 2010 tentang detergen bubuk.

Aturan itu mengatur empat poin, yakni kadar pH larutan 1,0 persen pada deterjen harus berada diantara angka 9,5 sampai 11, bagian tidak larut dalam air maksimal 10 persen, kadar surfactan minimal 14 persen, kadar biodegradasi surfactan minimal 80 persen, dan kandungan fosfat maksimal 15 persen.

Menurut Isnawa, negara-negara maju seperti Jepang dan Australia telah menggunakan soft detergent yang tidak mengandung fosfat. Tipe detergen itu tidak akan mengeluarkan buih busa dan lebih ramah lingkungan.

"Bahan detergen di Indonesia ini hard detergent. Kalau kita bandingkan dengan negara-negara maju, mereka sudah menggunakan yang namanya soft detergent di mana tidak ada kandungan fosfat," kata Isnawa.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/04/09042461/busa-di-kali-item-dan-rencana-dki-atur-usaha-cuci-mobil-dan-laundry

Terkini Lainnya

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke