Kepala Pushidrosal Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro mengatakan, magnetometer dapat mendeteksi keberadaan logam yang tertimbun setinggi 60 meter.
"Magnetometer yang dimiliki KRI Spica itu yang paling tajam. Mudah-mudahan bisa ketemu karena itu bisa mampu untuk mendeteksi logam terpendam itu sampai 60 meter," kata Harjo di Dermaga JICT 2, Jakarta Utara, Selasa (8/1/2019).
Harjo menuturkan, teknologi magnetometer juga terpasang di unit Remotely Operated Vehicle yang dibawa. Namun, jarak deteksinya hanya mencapai 1-2 meter.
Selain mangnetometer, KRI Spica juga memiliki sejumlah teknologi lain yang sudah dimanfaatkan pada pencarian black box medio Oktober-November 2018 lalu seperti multi beam echo sounder, side scan sonar, dan sub-bottom profiling.
Harjo menuturkan, teknologi-teknologi itu akan dikombinasikan guna menemukan black box yang diduga berada di area seluas 5x5 meter persegi.
"Kemudian dipandu lagi dengan magnetometer itu seharusnya secara teoritis harusnya bisa ketemu kecuali Allah menghendaki yang lain," ujar Harjo.
Selain alat-alat tersebut, 55 awak kapal, 9 petugas KNKT, 18 penyelam, tiga ilmuwan, dan tiga orang analis juga dikerahkan dalam proses pencarian lanjutan.
Sebelumnya, KNKT bersama TNI AL melanjutkan pencarian black box berisi CVR pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2019).
Pesawat yang membawa 189 penumpang dan awak kabin itu jatuh sekitar 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/08/14503971/ini-kecanggihan-kri-spica-yang-dikerahkan-cari-black-box-lion-air