Di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, Kong Muin masih bertahan dengan menjadi tukang servis payung keliling.
Ia berkeliling dengan sepedanya seraya menawarkan jasa memperbaiki payung.
Saat Kompas.com bertemu dengannya, ia sudah memperoleh lima pelanggan setelah berkeliling sejak pukul 07.00.
"Alhamdulillah hari ini dapat lima payung, lima biji. Tadi dapat Asrama Yon Air Cilincing, tetapi biasanya mah bisa dapat di mana-mana," ucap Kong Muin.
Kong Muin sudah berkeliling menjadi tukang servis payung selama lebih kurang empat tahun.
Ia berkeliling kawasan Sukapura, Semper, Koja, Tanjung Priok, hingga Cilincing yang jaraknya sekitar 7,5 kilometer dari tempat tinggalnya.
"Kalau sekarang musim hujan enak, banyak orang mau servis payung. Kalau musim kemarau boro-boro, payung rusak juga digeletakin saja sama yang punya," ujar Kong Muin.
Akibatnya, ia terpaksa mengayuh sepeda lebih jauh dan pulang lebih sore.
Namun, musim hujan adalah berkah bagi bapak dua anak tersebut.
Ia mengaku bisa memperbaiki hingga 15 payung per hari ketika musim hujan tiba.
"Satu payung biasanya saya hargain Rp 20.000, tetapi masih saja ada yang nawar jadi Rp 15.000, tetapi saya biarin sajalah, yang penting mah ada duitnya," kata Kong Muin.
Ia mengatakan, ada juga pelanggan yang menawar jasa Kong Muin hingga Rp 5.000.
Namun, tak sedikit pula yang biasa memberikan bonus kepada Kong Muin.
"Ada yang kasih jas hujan, makanan, roti. Ada juga yang sudah langganan, dia nelepon saya minta benerin payung, saya yang ke tempat dia," ucapnya.
Setiap melakukan pekerjaannya, Kong Muin hanya bermodalkan sepeda dan tas berisi peralatan servis payung seperti tang dan kawat.
Tak lupa, sehelai jas hujan juga selalu ditentengnya.
Resep kuat keliling Jakut
Kong Muin mengaku mempelajari teknik perbaikan payung dari sejumlah rekannya sesama tukang servis payung keliling.
Dahulu, ia biasa berpencar dengan rekan-rekannya tersebut.
Namun, kini Kong Muin mesti bekerja sorang diri lantaran rekan-rekannya telah lebih dahulu pergi meninggalkan dunia.
Hal itu tidak melunturkan semangat Kong Muin.
Kendati usianya sudah tua, Kong Muin masih mampu mengelilingi Jakarta Utara.
Salah satu resepnya adalah minum jamu dan telur setengah matang setiap pagi sebelum bekerja.
Dalam menyusuri Jakarta Utara, Muin juga punya trik sendiri.
Ia ogah berbagi jalan dengan truk-truk besar yang bisa membahayakan nyawanya.
"Saya pilih lewat gang-gang kecil saja. Malah enak, enggak ada truk, aman, terus lebih dekat sama yang mau servis. Saya tinggal teriak 'servis payung, servis payung' ada saja yang manggil," ujar dia.
Fisik Kong Muin memang sudah terlatih sejak muda.
Puluhan tahun lalu, ia bekerja sebagai tukang abu gosok keliling.
"Dulu saya ke Muara Angke jalan kaki juga sanggup, namanya juga demi anak. Sekarang sudah capek, kuatnya naik sepeda saja, itu juga enggak sejauh dulu," ucap Kong Muin.
Kini, ia menghabiskan harinya berkeliling Jakarta Utara menggunakan sepeda.
Uang hasil servis payung digunakannya untuk membayar kontrakan yang dihuninya bersama istri dan seorang cucu.
Istri Kong Muin juga bekerja sebagai pedagang nasi uduk.
Berkat kerja keras keduanya, sang cucu dapat mengenyam pendidikan dan kini tengah duduk di kelas 6 sekolah dasar.
Adapun dua anak Kong Muin tinggal terpisah, yaitu di Rorotan dan Sukabumi, Jawa Barat.
Kakek empat cucu itu dititipi seorang cucu dari anaknya yang tinggal di Sukabumi.
Bagi Kong Muin, pekerjaan servis payung adalah pilihan terakhir di tengah tuntutan hidup serta keterbatasan fisik dan ekonomi.
"Penginnya sih juga kerja kantoran, tetapi saya buta huruf, SD juga enggak lulus. Ya sudah, servis payung saja yang penting bisa makan," ucap dia tersenyum.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/04/05150091/kisah-kong-muin-menjemput-rezeki-menjadi-tukang-servis-payung-keliling