Jumlah ini bertambah dibandingkan penderita DBD periode Januari 2019, yakni 813 pasien.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, warga yang paling banyak terjangkit DBD berada di Jakarta Selatan.
"(Paling banyak) selatan, selatannya di daerah-daerah yang masih banyak ruang terbuka. Ruang terbuka itu menjadi tempat tumbuh berkembangnya nyamuk," ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin.
Anies merinci, penderita DBD di Jakarta Selatan mencapai 297 jiwa.
Sementara itu, penyebaran DBD di Jakarta Timur sebanyak 248 kasus, Jakarta Barat sebanyak 233 kasus, Jakarta Utara ada 57 kasus, dan Jakarta Pusat ada 43 kasus.
"Pulau Seribu tidak ditemukan kasus (DBD)," kata dia.
Anies menyampaikan, kasus DBD banyak terjadi di lokasi yang dekat dengan ladang, kebun, dan rumah-rumah yang memiliki lahan terbuka.
Kader-kader juru pemantau jentik (jumantik) se-Jakarta akan terus berkeliling untuk memastikan tidak ada jentik nyamuk di lingkungannya.
"Kegiatan preventif ini akan digenjot. Jadi, ujung paling depan adalah jumantik, mereka berkeliling memastikan bahwa tidak ada genangan, tidak ada potensi-potensi media tumbuhnya jentik-jentik," ucap Anies.
Jumlah penderita DBD di Jakarta sepanjang Januari 2019 tercatat mencapai 813 jiwa.
Jumlah kasus DBD tahun ini tertinggi selama tiga tahun terakhir.
Pada Januari 2018, jumlah kasus DBD hanya 198. Kemudian pada Januari 2017, kasus DBD sebanyak 665.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/04/21035851/pasien-dbd-di-jakarta-bertambah-jadi-878-orang-terbanyak-di-jaksel