Denny, adik ipar Lilik menyebut iparnya itu sudah sekitar 17 tahun menetap di Selandia Baru, yakni sejak tahun 2002.
Ia juga dianggap sebagai WNI yang paling senior di Selandia Baru karena masa tinggalnya yang cukup lama.
Lilik juga dikenal aktif dalam kegiatan apapun, termasuk ketika hari besar keagamaan.
"Di kegiatan apapun, dia selalu jadi koordinator. Idul Fitri, Idul Adha. Istilahnya pentolan orang Indonesia di Selandia Baru," kata Denny, adik ipar Lilik saat ditemui di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (17/3/2019).
"Dia juga suka membantu, dermawan. Ada (WNI) yang nikah sama (orang) Selandia Baru dia yang bantu. Ada mualaf juga dia bantu," tambahnya.
Sementara itu, mertua Lilik, Tjiji, menjelaskan bahwa tempat tinggal menantunya memang dekat dengan Masjid Al Noor.
"Setiap hari memang shalatnya di situ. Sekitar 200 sampai 300 meter dari rumahnya ke masjid," terang Tjitji.
"Anak nomor satu saya sudah berangkat ke Selandia Baru hari ini. Kalau Lilik ini suami dari anak kedua saya."
Lilik meninggalkan istri dan satu orang anak.
Komisaris polisi Selandia Baru Mike Bush pada Minggu (17/3/2019) menyatakan, jumlah korban tewas dalam penembakan tersebut sebanyak 50 orang.
Jumlah korban luka juga tercatat sebanyak 50 orang dengan 36 di antaranya masih dirawat di rumah sakit.
Dari 36 korban yang dirawat di rumah sakit, 11 di antaranya disebut dalam kondisi kritis.
Adapun tersangka penembakan bernama Brenton Tarrant, seorang pria kelahiran Australia, langsung ditahan dan disidang pada Sabtu (16/3/2019). Dia didakwa dengan pembunuhan.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Keluarga Tentang Sosok Lilik, WNI Tewas Akibat Penembakan Brutal di Selandia Baru, http://www.tribunnews.com/internasional/2019/03/17/cerita-keluarga-tentang-sosok-lilik-wni-tewas-akibat-penembakan-brutal-di-selandia-baru.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/18/08552691/cerita-keluarga-tentang-lilik-pentolan-wni-korban-penembakan-selandia