Awalnya, Ciki diserahkan seorang warga ke Taman Margasatwa Ragunan dalam kondisi terpisah dari induknya sekitar tiga tahun silam.
Ciki yang kala itu masih berusia satu setengah tahun mengalami stres, mengakibatkan sekujur tubuhnya berjamur.
Jamur-jamur tersebut kemudian merontokkan seluruh bulu yang ada di tubuhnya.
Risky Amalia (24), perawat di karantina Pusat Primata Schmutzer Taman Margasatwa Ragunan adalah sosok yang menyelamatkan hidup hewan tersebut.
Ia mengungkapkan, awalnya tak ada yang mau menyentuh Ciki yang dalam kondisi seperti itu.
Namun karena merasa sadar akan tanggung jawabnya sebagai perawat, Risky kemudian mengambil alih tugas untuk merawat Ciki.
"Akhirnya dirawat sama saya, setiap hari diolesin ketokonazol, obat jamur. Terus dikasih yang enak-enak deh makanannya. Terus itu buat numbuhin bulu, dijemur setiap pagi, dimandiin gimana caranya kayak anak bayi biasa. Akhirnya lama-lama tumbuh bulu sampai sekarang gede," kata Risky saat ditemui Kompas.com di Taman Margasatwa Ragunan, Rabu (20/3/2019).
Selain melakukan perawatan-perawatan tersebut, Risky juga rutin menggendong dan memeluk Ciki.
Bukan tanpa alasan, hal itu ia lakukan karena memang primata jenis siamang ini selalu melakukan hal tersebut kepada induknya, setidaknya hingga usia tiga tahun.
Satu hal yang cukup menyulitkan Risky ialah Ciki tidak terlalu suka dirawat oleh perawat pria.
Ia sendiri tidak begitu mengetahui apa alasannya. Namun saat ia dirawat oleh pria, biasanya Ciki akan ngambek dan tak mau beraktivitas.
"Kalau dia lagi nangis, beneran nangis itu, beneran sampai guling-guling benar itu kayak anak kecil, bocah banget. Ini pertama kali juga aku ngelihat monyet yang kayak gitu, bener kayak anak sendiri jadinya," katanya.
Kemanjaan dari Ciki terhadap Risky biasanya semakin menjadi-jadi saat sedang sakit seperti terkena flu.
Ciki sampai tidak mau makan apabila tidak disuapi langsung olehnya. Bahkan pernah sekali saat nafsu makan Ciki benar-benar sedang hilang, ia membawa Ciki ke tempat penyimpanan makanan dan membebaskan Ciki memakan apapun yang ia mau.
"Misalkan dia sakit benar-benar enggak mau makan itu kan susah, maksudnya badannya sudah kecil, daya tahan tubuhnya masih belum bagus, ya sudah dia terserah mau makan apa, pilih. Kalau misalkan dia mau makan ya dia makan, kalau enggak ya dia cuma duduk di samping, nemenin aku saja di sebelah sambil beresin pakan," ujarnya.
Namun saat ini Risky mulai membatasi kedekatannya dengan Ciki karena usianya yang sudah memasuki empat tahun.
Ia tak mau membuat Ciki terus menerus tergantung terhadap dirinya dan menghilangkan sisi alamiah yang ada dari Ciki.
Ciki pelan-pelan mulai ditempatkan di kandang utama untuk mulai dibiasakan beradaptasi dengan teman-teman sejenisnya.
"Begitu dia lama-lama sembuh, sudah kami pindah ke kandang besar. Kalau yang lainnya pada morning calling, dia ikut morning colling. Morning calling itu bunyi-bunyi pagi itu, jadi semua pada bunyi-bunyi dia mulai belajar itu. Jadi dibiarin saja itu belajar, jadi didekatkan dengan teman-temannya siamang sama siamang gitu," ujar Risky.
Risky begitu senang ketika melihat bayi siamang yang awalnya dalam kondisi memprihatinkan berhasil bertahan hidup setelah ia rawat sedemikian rupa layaknya membesarkan anak sendiri.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/21/08210311/cerita-perawat-di-ragunan-yang-dampingi-siamang-sakit