Saat Kompas.com mendatangi lokasi tersebut, Selasa (9/4/2019), belum ada tanda-tanda akan dibangunnya hunian permanen di kawasan tersebut.
"Ya kami berharap segeralah ada bangunan permanen. Kami sudah lelah tidur di hunian sementara," kata warga bernama Teddy (59).
Teddy yang bekerja sebagai nelayan itu mengatakan, jika memiliki hunian permanen, masalah ekonomi warga pelan-pelan bisa teratasi.
"Waktu digusur dulu kami kehilangan banyak, termasuk soal ekonomi itu belum pulih. Saya dulu produksi mebel, seperti lemari begitu, tetapi habis kena penggusuran ya cuma jadi nelayan. Habis barang-barang kami saat itu juga pada hancur," tutur Teddy.
Sementara itu, Dharma Diani selaku Koordinator Wilayah Kampung Akuarium, mengaku kurang nyaman tinggal di shelter atau hunian sementara.
Apalagi, kata dia, shelter yang tersedia tidak mampu menampung semua warga yang terdampak penggusuran.
"Sebab yang kami harapkan sejak awal adalah kembalinya kampung. Sebab shelter ini tidak bisa menampung keseluruhan warga, yang awalnya berjumlah 231 kepala keluarga," ucap dia.
Menurut dia, desain hunian tengah dibicarakan para perancang bangunan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Ia juga mengaku dipanggil pihak Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman DKI Jakarta pada pekan lalu.
"Ya membahas soal status lahan ini. Soalnya ini lahan masih abu-abu. Katanya masih di proses untuk diasetkan menjadi tanah Pemprov DKI Jakarta," ujar Topas.
Pada April 2016, Pemprov DKI Jakarta yang dipimpin Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menggusur kawasan Kampung Akuarium.
Anies Baswedan yang menggantikan Ahok kemudian berjanji membangun ulang kampung ini melalui program community action plan.
Sebelumnya, warga mengusulkan pembangunan hunian dengan menggunakan bahan material kontainer agar dapat membuka peluang sebagai obyek wisata dan menghidupkan perekonomian warga.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/04/09/15093131/warga-kampung-akuarium-ingin-segera-punya-hunian-permanen