Kepadatan itu terjadi lantaran sejumlah driver tersebut menerima orderan fiktif dari seseorang yang tak diketahui identitasnya.
Marhani (49), seorang tukang parkir di lokasi tersebut mengatakan, keramaian itu berlangsung sejak ia datang mengatur parkir pada pukul 06.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.
"Enggak kehitung lah (driver) di atas, di bawah berderet sampai ke jalan," ujar Marhani saat ditemui Kompas.com, Kamis (11/4/2019).
Nisa (30) salah seorang pegawai apotek K24 itu mengatakan sejatinya orderan fiktif tersebut sudah terjadi dari lama.
"Tadinya cuma satu, dua order, tapi kemarin, makin kemari makin ramai bisa sampai ratusan order," kata dia.
Ia menjelaskan, biasanya orderan yang diterima para driver berupa obat yang harganya berkisar Rp 1.000-Rp 5.000. Namun, ongkos kirimnya bisa sampai puluhan hingga ratusan ribu rupiah.
"Biasanya tuh setelah beli mereka nganter terus sampai alamat enggak ada siapa-siapa, dibalikin lagi obatnya," kata Nisa.
Karena membludaknya jumlah orderan fiktif yang masuk, pihak apotik kemudian mengambil inisiatif untuk tidak menerima orderan melalui aplikasi Go-Jek.
Mereka menghubungi pihak Halodoc yang terafiliasi dengan Gojek untuk menonaktifkan layanan agar tak ada order yang masuk ke apotek mereka.
"Kan kalau yang datang sampai ratusan begitu mengganggu operasional kita juga, selain itu kasian juga para drivernya," kata dia.
Sementara Iswan (42), pedagang yang berjualan 24 jam di dekat lokasi apotek juga mengatakan, banyaknya pengemudi gojek yang datang ke apotek itu sudah sejak empat hari lalu.
"Siang malam itu ramai kemarin, dari jam 00.00 WIB sampai jam 11.00 WIB lah," ujar Iswan.
Ia mengatakan, biasanya para pengemudi Go-Jek mengeluh karena mengetahui bahwa order tersebut merupakan order fiktif.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/04/11/13063771/apotek-k24-diserbu-pengemudi-go-jek-karena-order-fiktif-begini-ceritanya