Kondisi itu berdampak pada berkurangnya pertunjukan yang bisa digelar.
"Last time-nya itu kan 15 tahun. Namanya makin lama makin tua emang harus ada perawatan khusus. Makanya pertunjukan berkurang hanya dua kali (sehari)" ujar Kepala Satuan Pelaksana Teknik Pertunjukan dan Publikasi Planetarium dan Observatorium Jakarta, Eko Wahyu Wibowo ketika dihubungi, Selasa (16/7/2019).
Eko menjelaskan, perusahaan Carl Zeiss Jerman yang biasa menjual dan merawat suku cadang Planetarium dan Observatorium Jakarta, menolak untuk memberikan pelayanan lagi sejak 2015.
"Ada masalah (Carl Zeiss) dengan PT lain yang efeknya ke kita. Tapi syukur kita bisa mengatasi. Dulu ada pengadaan alat dan pemodernisasi alat, entah mengapa lah ujung-ujungnnya begitu" kata Eko.
Hingga 2014, Planetarium dan Observatorium Jakarta masih bisa menggelar pertunjukan tujuh kali dalam sehari.
Namun, angka tersebut terus merosot dan sekarang hanya bisa dua kali per hari.
"Namanya alat sudah tua. Terutama komponen lampu, dimmer, DSM (Digital Servo Module), masih banyak lagi" ungkapnya.
Saat ini, ada delapan teknisi Planetarium dan Observatorium Jakarta yang terus mengusahakan merawat sendiri dan mengganti komponen yang rusak dengan mencari suku cadang yang kompatibel.
Sementara BUMD PT Jakpro sedang mendalami proses pembahasan revitalisasi yang akan dilaksanakan 2020.
"(Revitalisasi) sedang direncakanan dengan PT Jakpro. Kan mereka sedang menyusun kebutuhan-kebutuhan itu jadi nanti 2021 selesai. Kita tahun depan dimulai, mungkin Juni," ujarnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/17/09221231/23-tahun-alat-tak-diganti-planetarium-jakarta-menunggu-revitalisasi