"Dari Rp 517 triliun itu, sekitar Rp 230 triliun untuk MRT," kata William saat ditemui di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (28/8/2019).
Namun, angka tersebut baru gambaran besar jumlah yang akan diterima dan masih bisa berubah.
Dana tersebut tidak sepenuhnya diterima dari Pemprov DKI Jakarta melainkan juga dari lembaga pendanaan dan investor.
Nantinya jumlah uang tersebut akan dipakai untuk operasional MRT serta pembangunan fase dua, yaitu memperpanjang rute saat ini hingga ke Depo Kota.
Lalu fase ketiga dari barat hingga timur Jakarta, yaitu Kalideres ke Lenteng Agung.
William mengatakan, proses pemindahan ibu kota tidak akan mengganggu pembangunan MRT.
Ia memastikan aktivitas layanan dan pembangunan MRT akan berjalan seperti biasa.
Pembangunan Infrastruktur MRT dari park and ride hingga pembangunan fase dua tetap berlangsung.
"Meskipun pindah ibu kota, pembangunan infrastruktur tetap berjalan," kata William.
Pembangunan MRT akan terus berjalan dengan tujuan menjadikan Jakarta sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia.
"MRT menjadi bagian dalam pembangunan kota metropolitan. Komitmen ini tetap berjalan" ucap dia.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan bahwa program Urban Regeneration Jakarta akan tetap terus berjalan walaupun ibu kota negara akan dipindahkan ke Kalimantan Timur.
Program jangka panjang hingga 2030 itu akan menelan anggaran sebesar Rp 517 triliun.
Program regenartion tersebut terdiri dari pembenahan transportasi, yaitu dengan perluasan MRT, LRT, bus dan Micro bus.
Setelah itu soal perumahan, jangkauan ari bersih dan pengelolaan limbah.
Catatan redaksi:
Berita ini telah diperbaiki di bagian judul dan paragraf pertama. Sebelumnya disebutkan bahwa suntikan dana MRT ini berasal dari Pemprov DKI Jakarta. Redaksi kemudian memperbaiki sumber pendanaan MRT berasal dari lembaga pendanaan dan investasi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/28/21484351/mrt-akan-dapat-suntikan-dana-rp-230-triliun