Pemilik nama asli Kholidin (42) itu mulanya bekerja sebagai karyawan konveksi. Ia pun pernah bercita-cita memiliki usaha konveksi sendiri, namun ternyata impiannya itu buntu lantaran tidak memiliki cukup modal.
Pada tahun 1994, akhirnya ia pun mencari pekerjaan baru. Bang Udin diarahkan oleh abangnya untuk berjualan bubur.
"Dia (kakak saya) bilang mau enggak bantu jualan bubur? Saya bilang boleh. Saya bantu-bantu selama setahun, akhirnya sama bos dilatih mandiri," kata Bang Udin kepada Kompas.com di tempat jualannya di Wisma Geha, Jakarta Pusat, Selasa (10/9/2019).
Pada tahun 2017, ia merasa dunianya jungkir balik. Tangan kanannya harus diamputasi setelah ia jatuh dari pohon kelapa setinggi 9 meter.
"Saya sempet berpikiran bisa enggak ya berjualan lagi, sama memanah kan ya yang utama kan tangan," kata Bang Udin.
Namun, Bang Udin terus berusaha bangkit, dibantu dengan keluarga dan dukungan dari teman-temannya akhirnya ia pun bisa beradaptasi dengan kondisinya saat ini.
Puluhan tahun berjualan bubur, kini ia sudah memiliki lima karyawan dan membuka sebuah cabang di depan Restoran Makan Padang Salero Jumbo. Ia juga sudah membeli mobil dan memiliki rumah sendiri di kawasan Kebon Kacang, Jakarta Pusat.
Namun menurut dia, tingkat penjualan usaha bubur miliknya itu agak menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, banyak pelanggannya yang telah pindah kantor.
"Tapi sekarang pada pindah, jadi ada pengaruh. Pendapatannya menurun," ungkap Bang Udin.
Setiap pukul 03.30, Bang Udin memulai aktivitasnya dengan memasak bubur dan membuat sate serta makanan pelengkap lainnya.
Ia berjualan Senin-Sabtu, mulai pukul 07.00 hingga 11.00. Namun, jangan kaget bila warungnya sudah tutup sebelum waktunya, karena pelanggannya pun cukup ramai.
Bang Udin juga menerima pesanan. Beberapa kali ia sering diminta untuk memenuhi pesanan di Balai Kota DKI Jakarta.
"Kalau di Balai Kota itu lumayan sering, pagi-pagi biasanya. Ada 50 porsi mereka pesan" kata Bang Udin.
Panahan
Bang Udin memang hobi berolahraga. Karate, silat, hingga futsal pernah ia geluti.
Pada akhir 2015, ia diajak adiknya untuk mencoba olahraga panahan. Tak disangka, ternyata dirinya sangat menyukai olahraga fisik itu.
"Terakhir adik saya ngajak panahan, ya sudah kami coba. Saya coba ternyata lebih enjoy. Jadi suka lah. Akhirnya saya geluti, alhamdulillah ada meraih prestasi kayak begitu," kata Bang Udin.
Beragam penghargaan telah ia dapatkan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Prestasi paling membanggakan baginya adalah ketika dia menorehkan prestasi dalam ajang Thailand Princess Cup 2019.
"Sangat membanggakan. Karena itu membawa bendera Indonesia," kata Bang Udin.
Bahkan, saat itu Bang Udin tak khusus masuk dalam kategori difabel karena sudah penuh pesertanya.
Bang Udin ketika itu bertarung melawan pemanah internasional lain dalam kategori umum, dan meraih peringkat kedua. Dia pun meraih medali perak.
Atas capaiannya itu, Bang Udin juga mendapatkan apresiasi dari pemerintah Thailand.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/09/11/05250001/semangkok-cerita-bang-udin-penjual-bubur-difabel-yang-juga-pemanah