Angga yang hanya lulusan SMP itu tidak menyangka bisa pergi ke Seoul untuk mewakili petugas PPSU di DKI Jakarta.
Angga lolos seleksi program tersebut berkat kegiatan sosial yang melibatkan pemuda di wilayah Duri Pulo. Sejumlah kegiatan sosial itu diselenggarakannya sejak sebelum menjadi petugas PPSU.
Momen yang paling diingatnya ialah saat dirinya pada 2013 berhasil meredam tawuran antara kelompok pendukung sepak bola The Jak Mania (suporter Persija Jakarta) dan Viking (suporter Persib Bandung) di wilayahnya.
Saat itu, dia belum menjadi petugas PPSU. Dia bekerja di sebuah perusahaan konfeksi di Cibinong, Kabupaten Bogor.
Menurut dia, di Kelurahan Duri Pulo sejak dahulu sering terjadi tindak kriminal seperti, tawuran dan peredaran narkoba.
"Di Duri Pulo itu ada wilayah namanya Setia Kawan. Di wilayah itu tawuran mulu tiap hari kayak minum obat, sehari tiga kali pasti tawuran," kata Angga saat ditemui di Kantor Lurah Duri Pulo, Senin (7/10/2019).
Ayah Angga yang merupakan petugas keamanan di Setia Kawan itu hampir setiap hari mengeluh tentang kondisi keamanan di wilayah itu.
"Ayah saya tiap hari ngeluh, pusing gimana cara selesain konflik tawuran itu. Nah waktu saya kerja, di tempat kerja saya itu dengerin radio. Di radio itu saya dengar ada iklan tentang hari Sumpah Pemuda, acara yang digelar untuk peringati Sumpah Pemuda. Dari situ saya pikir kenapa saya enggak buat saja acara kaya gitu di kampung saya," ujar Angga.
Berawal dari siaran radio itulah, pria yang punya 3 anak itu berinisiatif merangkul kedua kelompok pendukung yang kerap tawuran tersebut untuk bersama membuat acara dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda. Acara itu diadakan pada 26 Oktober 2013.
Saat itu, acara yang diselenggarakan merupakan pertunjukan musik reggae dan bakti sosial dengan menyantuni anak yatim piatu.
Usai acara tersebut, tawuran di wilayah itu belum sepenuhnya hilang tetapi perlahan berkurang.
Semenjak itu, acara kepemudaan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda selalu diadakan dirinya dan pemuda di wilayah Setia Kawan.
Masuk PPSU dan akan pergi ke Seoul
Cerita tentang kegiatan sosial yang diselenggarakan Angga ternyata terdengar pihak Kelurahan Duri Pulo.
Angga lalu diminta tolong lurah untuk membuat suatu website berisi kegiatan kelurahan. Kebetulan, Angga saat itu telah berhenti dari pekerjaannya perusahaan konfeksi.
"Saya diminta tolong sama pak lurah waktu itu untuk buat website untuk publikasi kegiatan kelurahan. Saya sebenarnya enggak bisa, orang saya lulusan SMP enggak ngerti begituan. Tapi saya bilang bisa dulu saja," ujar Angga.
Angga yang tidak bisa membuat website akhirnya minta diajarkan kerabatnya. Saat dirinya bisa membuat website, pihak kelurahan memberikan upah atas kerjanya. Namun, Angga menolak upah tersebut.
Berulang kali Angga mengendalikan website tersebut, namun dirinya tetap tidak mau menerima upah dari pihak kelurahan.
"Saya sudah bisa bantu kelurahan saja sudah senang, saya tidak mau terima bayaran itu. Sampai akhirnya, pak lurah tawari saya kerjaan sebagai PHL (Petugas Harian Lepas), waktu itu belum ada PPSU. Kalau kerjaan saya mau, dan saya saat itu kerja lah jadi petugas di kelurahan," ujar Angga.
Kegiatan sosial yang digarapnya berdampak positif pada lingkungan Duri Pulo.
Angga terkejut ketika dirinya ditunjuk untuk ikut seleksi peserta program Seoul Sister City 2019 yang diselenggarakan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI Jakarta.
"Akhir September itu saya dihubungi buat seleksi, dua hari setelahnya langsung saya seleksi. Suruh paparin apa yang pernah saya lakukan dalam kegiatan kepemudaan. Alhamdulillah saya lolos seleksi, saya nomor 3 dari 15 orang yang lolos. Pesaing saya waktu seleksi itu orang kuliahan semua, saya cuman lulusan SMP sendiri," ujar Angga.
Awal November mendatang, Angga beserta rombongan lainnya akan berangkat ke Seoul untuk bertukar pikiran dan pengalaman dengan para pemuda dari negara lain.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/07/18320551/kisah-petugas-ppsu-atasi-tawuran-di-duri-pulo-dan-diundang-ke-seoul
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.