Anak bungsu dari dua bersaudara itu bersikeras untuk tampil ekspresif dalam festival paduan suara antargereja yang digelar di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Namun niatan tersebut kandas karena sang kuasa berkehendak lain.
"Hari ini seharusnya lomba festival antargereja. Tapi ya gini," kata Paman Moses, Paul saat ditemui di rumah duka Jalan Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, Sabtu (26/10/2019).
"Tadi temen-temennya datang semua. Ya pada nangis semua," katanya.
Paul sendiri yang menemani teman-teman Moses dari paduan suara sekolah SMP Budaya Santo Agustinus, Jakarta Timur di rumah duka, mendapatkan cerita yang membuatnya mengenang sosok keponakannya tersebut.
Berdasarkan cerita yang didapatnya sebelum menghembuskan nafas terakhir, Moses sempat tampil ekpresif dalam latihan untuk festival paduan suara.
Bagi Paul, ekspresi itu mengingatkan saat Moses masih menduduki sekolah dasar yang kerap bernyanyi dengan berbagai nada.
"Kata gurunya, itu malam itu Moses itu ekspresi berbeda. Ekspresi totalitas bagus sekali jadi di pindah dari barisan belakang ke depan. Tapi sekarang sudah tiada," kata Paul.
Mandi di sungai terlarang
Moses menghembuskan nafas terakhir setelah memutuskan mandi di Sungai Ciujung, Kampung Gajeboh, Baduy Luar dalam acara studi wisata yang dilakukan oleh pihak sekolah.
Selain Moses, empat pelajar lainnya juga mengalami nasib serupa.
Yakni Malvin Reizen Alvino, Paskaleo Anesho Telaumbanua, Syahrul Ramadhan, dan Christiano Arthur Immanuel Rumahorboro.
Saat itu jenazah mereka langsung dibawa ke puskesmas Cisemiut, Leuwidamar, untuk di identifikasi.
Kemudia kelima jenazah tersebut dibawa ke RSUD dr Adjidarmoko sebelum dijemput oleh keluarga masing-masing.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/27/11440121/niat-moses-juarai-paduan-suara-kandas-ia-ikut-tenggelam-di-baduy