Salin Artikel

Kusni Kasdut, Penjahat yang Fenomenal: Pejuang Kemerdekaan yang Tersakiti (2)

Kusni ternyata merupakan salah satu pejuang kemerdekaan. Perjuangannya dimulai ketika ia bergabung dengan Heiho pada masa penjajahan Jepang.

Berdasarkan buku Kusni Kasdut karya Parakitri T Simbolon, wartawan harian Kompas, Kusni dulunya sangatlah miskin.  (Tulisan ini menyarikan kisah Kusni Kasdut dari buku karya Parakitri tersebut).

Kusni hanya tinggal bersama ibunya. Bahkan sakin miskinnya mereka, sang ibu sampai dikenal dengan nama Mbok Cilik (miskin).

Semasa mudanya Kusni juga sangat pendiam. Tak seorang pun teman dekat kepadanya.

Suatu ketika saat Jepang hampir kalah, ia dan empat teman sekolahnya di Malang bergabung dengan Heiho. Mereka berlima ditempatkan di Batalyon Matsamura, lapangan terbang di sebelah timur laut Kota Malang.

Dendam dengan Jepang

Jepang memberi pelatihan yang sangat keras. Salah sedikit, kepala langsung ditempeleng. Belum lagi mereka diharuskan untuk sembah sujud kepada Tenno Heika atau Yang Mulia Kaisar.

Tapi yang paling membuat Kusni dendam kepada Jepang ialah ketika sekali ia mangkir dari dinas untuk menghabiskan waktu bersama ibunya.

Saat itu Kusni beralasan bahwa ibunya sedang sakit, tapi ia justru dimaki oleh orang Jepang yang jadi pimpinannya.

"Bagerooo! Binatang juga punya ibu. Karo (kalau) sekutu datang, ibumu tidak perru (perlu) sakit  tapi ditembaak!," kata orang Jepang tersebut kepada Kusni seperti dikutip dalam buku tersebut.

Hal itu terus terngiang di kepala Kusni, bahkan ia yang tidak biasa mabuk pergi minum-minuman ke kawasan Calekat, Malang, hingga membuat teman-temannya heran.

Tapi beberapa hari setelah kejadian tersebut, Kusni beserta seluruh Heiho lain dikumpulkan. Salah seorang Jepang lalu mengatakan kepada mereka bahwa mereka diliburkan sampai waktu yang tak ditentukan.

Ternyata, hari itu tanggal 19 Agustus 1945. Itu berarti, dua hari sebelumnya Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan. Para anggota Heiho itu dilucuti senjatanya.

Lepas dari Heiho, pada Oktober 1945 Kusni Kasdut bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia menjadi anggota batalyon Rampal.

Saat mendengar terjadi perebutan senjata Jepang oleh rakyat Surabaya, Kusni merasa bahwa itu saatnya membalaskan dendam kepada Jepang.

Tetapi di Malang, pertempuran tak terjadi. Jepang sepakat menyerahkan gudang senjata mereka yang isinya tak seberapa kepada rakyat tanpa perlawanan.

Meski mendapat senjata, Kusni tak merasa senang. Dalam dirinya ada keinginan liar untuk ikut dalam perang yang bergelimangan darah.

Belakangan terdengar kabar bahwa Jepang telah kalah dari Inggris. Didengarnya pula kabar bahwa negara sekutu itu telah masuk ke Surabaya.

Hal itu membuat Kusni tergerak. Ia dan pemuda-pemuda lain berangkat ke Surabaya untuk berperang.

Sebelum berangkat, Kusni minta izin kepada ibunya.

"Bu mungkin lama kita baru ketemu lagi," ucap Kusni kepada ibunya.

"Mungkin tidak ketemu lagi seterusnya," kata Kusni.

Ibunya lalu menceritakan kisah bohong agar anaknya itu tidak pergi. Tapi bukannya tertahan, emosi Kusni malah memuncak. Di pikiran Kusni, ia merupakan seorang anak haram berdasarkan apa yang diceritakan ibunya.

Melawan Inggris dan Belanda

Kusni tetap berangkat ke Surabaya bersama rombongan. Di sana ia terlibat dalam pertempuran hebat. Kawan-kawan Kusni banyak yang terluka bahkan tewas.

Inggris menurunkan panser dan tank untuk memerangi Surabaya. Tapi Kusni maupun rakyat lain tak gentar. Tiga minggu lamanya pertempuran di Surabaya terjadi hingga akhirnya Inggris mundur.

Usai peperangan itu rakyat mulai berkelompok-kelompok. Banyak dari mereka membicarakan soal politik yang tak dimengerti Kusni. Yang ia tahu hanyalah penjajah harus minggat dari Tanah Air.

Pada 21 Juli 1947 giliran Belanda yang menyerang Indonesia. Rombongan Kusni yang berada di Kepanjen juga diserang. Setelah sempat melawan, mereka melarikan diri ke sawah-sawah dan berhenti di suatu perbukitan.

Tapi bagi Kusni pertempuran kali ini tidak menarik, ia hanya kucing-kucingan dengan Belanda. Akhirnya, Kusni memutuskan untuk pergi ke Blitar dengan tujuan akhir Yogyakarta di mana terdengar kabar akan terbentuk pasukan bambu runcing di sana.

Kusni ke Blitar berjalan kaki. Di tengah perjalanan, tanpa sengaja ia bertemu dengan ibunya. Pertemuan itu membuat air mata ibunya bercucuran. Bagaimana tidak, sudah begitu lama mereka tidak bertemu.

"Kus, Tuhan mengirimmu ke sini, ayolah pulang," kata sang ibu kepadanya.

Kusni terheran, ke mana mereka akan pulang. Ia hanya mengikuti ibunya tanpa tahu ke mana. Akhirnya tibalah mereka di Jatiruri. Di sana terungkap fakta bahwa ternyata Kusni memiliki seorang kakak.

Akhirnya, ibunya menceritakan seluruh kisah tentang asal usul Kusni. Ia pun tahu ternyata ia bukanlah anak haram. Ayahnya bernama Wonomejo, Tulung Agung. Wonomejo meninggal saat Kusni berumur lima tahun.

Mengetahui asal usul dirinya seolah mengembalikan harga diri Kusni sebagai seorang manusia. Ia seolah ingin menunjukkan kepada dunia siapa anak dari Wonomejo ini.

"Ibu Pertiwi, aku mengabdimu dengan seluruh jiwaku," tutur Kusni.

Akan tetapi, Barisan Bambu Runcing yang memiliki tujuan merebut kembali kota Bandung gagal terwujud. Padahal, saat menerima informasi itu Kusni sudah sampai di Madiun dengan susah payah.

Di suatu perbukitan, ia lantas melihat beberapa kelompok wanita dan anak-anak berlatih dengan semangat. Di sana ia juga bertemu dengan seseorang bernama Krismanto.

Brigade Teratai

Krismanto menjelaskan bahwa kelompok yang sedang berlatih itu adalah Brigade Teratai. Anggota dari brigade itu merupakan orang-orang dari dunia hitam sepertu copet, rampok, germo hingga wanita panggilan.

Akan tetapi adapula anggota TNI yang bergabung dalam brigade tersebut. Keberadaannya disebut sebagi tempat berbagi ilmu dengan anggota Brigade Teratai lain.

Kusni akhirnya bergabung dengan brigade ini, ia bertugas sebagai staf pertempuran ekonomi.

Kusni lantas banyak bergaul dengan pelacur dan brandal-brandal kecil yang ditugaskan sebagai mata-mata Brigade Teratai.

Suatu hari ia ditugaskan untuk mengambil emas berlian dari orang China kaya yang tinggal di Madiun. Ia dan rekan-rekannya datang ke rumah tersebut seolah-olah minta bantuan.

Akan tetapi, keluarga orang China itu menutup-nutupi keberadaan emas berlian mereka. Kusni yang telah mendapat informasi mengenai keberadaan emas tersebut lantas menemukan lokasi penyimpanan perhiasan itu.

"Seharusnya bapak kami tembak karena bohong. Jadi takkan sempat menyerahkan sendiri. Tapi biarlah, kami hanya perlu ini," kata Kusni sembari memegang emas berlian tersebut.

Kusni merasa bangga dengan apa yang ia lakukan. Menurutnya, ia telah menyumbang uang untuk perjuangan.

Pada 19 Desember 1948, Kusni sedang berada di Yogyakarta. Kusni yang sedang bangun tidur tersentak, terdengar suara rentetan tembakan dari arah timur yang makin lama menjalar ke seluruh kota.

Ia lantas melihat puluhan tentara berkumpul dengan sejumlah rakyat mengikuti. Kusni pun ikut dalam rombongan tersebut. Di suatu tikungan Kusni melihat sebuah meriam.

Dipanggilnya beberapa orang untuk mendorong meriam tersebut. Meski begitu berat ia dan warga-warga tersebut mendorong meriam sejauh 20 kilometer dari Yogyakarta.

Meriam itu akhirnya ia serahkan ke segerombolan prajurit yang kebetulan ditemuinya untuk modal perang melawan Belanda. Ia menyerahkan meriam dengan rasa bangga.

Tak Diterima di TNI

Akan tetapi, di suatu hari setelah perang usai, Panglima Komando Jawa melakukan skrining siapa saja yang berhak menjadi TNI. Nama Brigade Teratai tidak masuk dalam daftar yang akan dijadikan TNI.

Kusni yang memiliki kenalan sempat mengaku sebagai anggota TRIP karena dua temannya bergabung di sana. Tapi tetap saja, ia ditolak jadi TNI.

Kusni lantas kembali ke Rampal mengurus surat pernyataan bekas pejuang. Butuh waktu satu tahun untuk surat itu terbit sekaligus uang pemulihan yang jumlahnya amat sedikit.

Uang itu diserahkannya ke istri yang dinikahinya semasa perjuangan. Ia lantas membujuk istrinya pulang ke Blitar dengan uang tersebut, sementara dirinya mencari penghasilan.

Dari Malang, Kusni pergi ke Surabaya. Di sana ia bertemu dengan dua teman lamanya yakni Subagyo dan Purnomo. Dua temannya itu memberi Kusni uang cukup banyak hingga ia bisa mengirimkan sebagian ke kampung.

Tapi Kusni merasa bahwa ia tetap butuh pekerjaan. Ia berangkat ke Jakarta ke kantor Biro Rekonstruksi Nasional yang mengurus penempatan bekas pejuang.

Namun di Jakarta juga sama, ia masih tidak bisa mendapat pekerjaan. Kusni merasa kerdil. Empat tahun ia berjuang demi Tanah Air, tapi dalam sekejap ia kembali jadi orang susah.

Di tengah keterpurukan itu, ia kembali ke Surabaya. Ia kembali bertemu dengan Subagyo dan rekan lainnya sesama bekas pejuang.

Subagyo lantas mengajak Kusni melakukan pemerasan dengan modus penculikan, Kusni yang memimpin. Saat itu pula Kusni menggunakan nama Kasdut sebagai nama samaran.

Pencurian mereka berhasil. Kusni dan kawan-kawannya mendapatkan uang Rp 600.000 yang dibagi rata. Uang itu terasa begitu banyak dan dibagi-bagikan Kusni ke rekan sesama pejuang.

Tapi uang itu cepat menipis. Kusni lantas kembali merencanakan tindakan serupa. Pemerasan pertama itulah yang mendasari Kusni terus terlibat kasus kejahatan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/19/06545001/kusni-kasdut-penjahat-yang-fenomenal-pejuang-kemerdekaan-yang-tersakiti-2

Terkini Lainnya

Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Megapolitan
Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Megapolitan
Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Megapolitan
Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Megapolitan
Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Megapolitan
Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Megapolitan
Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Megapolitan
Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Megapolitan
Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Megapolitan
Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Megapolitan
Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke