Salin Artikel

Menengok Nasib Warga Sunter Agung Setelah Penggusuran...

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenda berupa terpal yang disangga empat tiang menjadi tempat berlindung sementara bagi Hasyim (32) dan warga Sunter Agung lainnya yang terkena penggusuran. 

Setidaknya, di bawah terpal tersebut ia bisa beristirahat dan berteduh dari panas dan hujan.

Hasyim merupakan satu dari beberapa warga Jalan Sunter Agung Perkasa VIII yang bertahan di tengah puing-puing bangunan yang dirobohkan saat penggusuran, Kamis (14/11/2019).

Hasyim memiliki istri dan dua anak. Namun, kedua anaknya diungsikan ke rumah saudara terdekat karena Teriknya matahari yang menyengat di Minggu (24/11/2019) siang.

"Nggak tega, sekarang libur sekolah saya suruh dia di tempat saudara," ujar Hasyim, saat ditemui Kompas.com.

Hasyim mengatakan, anak-anaknya begitu terpukul lantaran rumah yang mereka tempati kini melebur bersama lumpur kali Sunter.

Tangan Hasyim juga nampak luka dan bentol seperti habis digigit serangga.

"Ya kita tidur di sini, di pinggir jalan ini. Ini karena nyamuk semua. Tapi gimana lagi ya mas," kata dia.

Menurut Hasyim, tidak ada pilihan selain tidur di bawah atap terpal, bertahan di pinggir jalan sambil berharap penataan sungai bisa segera selesai.

Begitu selesai, Hasyim bersama warga lainnya bisa kembali membangun rumah di bantaran kali.

Ditawari tinggal di rusun

Warga Sunter Agung yang tergusur sempat ditawarkan Pemprov DKI Jakarta untuk menempati rumah susun di kawasan Marunda, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Namun banyak dari mereka menolak lantaran mata pencaharian mereka sebagai pengumpul barang-barang bekas bisa jadi terancam.

Warga Sunter yang tergusur, kata Hasyim, mayoritas berprofesi sebagai pengumpul barang-barang bekas untuk dijual.

Kebanyakan dari mereka tidak memiliki keahlian selain pengumpul barang bekas.

"Kami di sini seperti itu (pengumpul barang bekas), mau dipindahkan ke Marunda, mana bisa?" kata dia.

Sambil menyalakan api rokoknya, Hasyim mengatakan rumah susun adalah tempat yang cocok bagi warga yang berprofesi sebagai karyawan kantoran.

Tidak bagi mereka. 

Lokasi rusun juga tak cocok dengan kegiatan sekolah anak-anak yang sebentar lagi akan menjalani ujian semester ganjil.

Bukannya rusun tersebut tidak layak untuk ditempati oleh anak-anak, melainkan jarak tempuh dari rusun ke sekolah yang cukup jauh.

Hasyim memikirkan anaknya yang saat ini duduk di kelas 4 Sekolah Dasar yang akan menjalani ujian semester pada 2 Desember mendatang.

Setelah penggusuran yang dilakukan 14 November lalu, anaknya sempat tidak masuk sekolah selama seminggu.

"Semuanya barang-barang sekolahnya hilang. Saya bingung lah, untung kita cari-cari ketemu," kat Hasyim.

Bukan hanya itu yang membuat dia risau.

Guru-guru di sekolah anaknya mungkin memaklumi musibah dari siswa yang rumahnya ikut tergusur di Sunter Agung Perkasa VIII.

Namun, tidak semua teman-temannya bisa memaklumi dan malah mengejek mereka.

"Kadang ya kita dengar (ejekan ke anak) 'kasihan rumah lo digusur'. Diejek seperti itu sama temannya, ya namanya anak-anak," kata Hasyim.

Saat Kompas.com dan Hasyim tengah berbincang, terpal di atas kami beberapa kali berbunyi keras karena tertiup angin. 

Bagaimana kalau hujan turun dan angin kencang?

"Ya basah, masak iya nggak basah," kata Hasyim.

Berharap Gubernur datang, tak hanya saat kampanye

Selain Hasyim, ada pula Sukron (30), ayah dua anak yang juga masih bertahan di tenda-tenda beratap terpal.

Sebagian warga memang tak lagi terlihat di lokasi penggusuran.

Namun, bukan berarti mereka setuju digusur dan pindah ke Rusun Marunda. Mereka memilih mengungsi di rumah kerabat yang dekat dengan lokasi penggusuran.

Sukron mengatakan, Anies pernah datang ke wilayah Jalan Sunter Agung Perkasa saat kampanye pemilihan Gubernur DKI Jakarta di tahun 2017 lalu.

Tidak banyak yang diingat Sukron selain janji Anies yang mengatakan tidak akan menggusur warga Jakarta lagi, termasuk di Sunter Agung.

Tapi, kenyataan berbeda terjadi 10 hari yang lalu. Sebanyak 1.500 personel gabungan dari Satpol PP DKI Jakarta meluluhlantakkan kampung yang berada di bantaran kali tersebut.

Sukron mengatakan, dia akan tetap bertahan di tempat tersebut hingga Anies mengizinkan warga kembali membangun rumah di tempat tersebut.

"Sebenarnya kami berharap kepada pak Anies. Setelah penataan sungai selesai, kami bisa diizinkan kembali untuk membangun rumah di sini," kata Sukron.

Sukron mengaku salah satu pendukung Anies di Pilgub 2017 lalu.

Ia percaya, apa yang dilakukan Gubernur yang dia pilih dua tahun lalu adalah rencana dengan niat baik agar warganya bisa hidup lebih baik lagi.

Di bawah terpal biru itu, Sukron memandang jauh ke puing-puing rumah yang kini bercampur lumpur kali Sunter.

Dia berharap bertemu Anies Baswedan sekali lagi setelah terakhir bertemu saat masa kampanye Pilgub 2017 lalu.

Ingin sekali, kata dia, mengutarakan harapannya kepada sosok yang dia percaya menjadi Gubernur DKI Jakarta.

"Saya berharap pak Anies bisa ke sini, saya ingin bilang kalau ketemu pak Anies. Terimakasih telah mengizinkan kami tinggal di sini. Saya yakin ada solusi dari pak Anies untuk kami yang ingin bertahan di sini," kata dia.

Pemandangan Sunter Agung Perkasa VIII kini sudah tak seperti sebuah kampung yang dihuni 56 kepala keluarga.

Tidak tersisa lagi rumah yang tegak berdiri. Pemandangan tersebut bertolak belakang dengan bangunan apartemen megah di sisi barat kampung yang tergusur tersebut.

Di seberang sungai, tembok kokoh tempat sebuah pabrik berdiri tertulis suara warga sunter yang tergusur.

Bertanya tentang semboyan keindahan Indonesia yang kini apakah masih relevan untuk jadi semboyan tanah surga.

"Kami punya hak untuk hidup. Katanya tanah kita tanah surga? 2019? (apakah masih surga?)" bunyi tulisan tersebut.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/25/09385331/menengok-nasib-warga-sunter-agung-setelah-penggusuran

Terkini Lainnya

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke