Salin Artikel

Kisah Segitiga Emas di Kampung Sawah Bekasi, 3 Tempat Ibadah yang Jadi Simbol Keberagaman

JAKARTA, KOMPAS.com - Kampung Sawah di Kota Bekasi yang luasnya lebih kurang 12 km persegi memiliki sebuah ikon di tengahnya. Ikon itu sering disebut Segitiga Emas.

Segitiga Emas yang dimaksud merupakan tiga rumah ibadah dari tiga agama yang berbeda, dibangun dengan jarak sekitar 50-100 meter antara bangunan satu dengan lainnya.

Segitiga Emas itu menjadi lambang toleransi beragama di Kampung Sawah. Sebuah kampung dengan tiga rumah ibadah, tetapi warganya tetap bisa saling menghargai satu sama lain ketika salah satunya sedang dipakai untuk beribadah.

Ketiga tempat ibadah itu adalah Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi, lalu 50 meter dari masjid ada Gereja Kristen Pasundan (GKP) Kampung Sawah, dan 100 meter dari GKP ada Gereja St. Servatius.

Ketiga bangunan ini sudah berumur tua.

Bila diurutkan dari yang tertua ke yang termuda ada GKP Kampung Sawah (1874), Gereja St. Servatius (1896), Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi (1965).

Melihat tahun dibangunnya rumah-rumah ibadah ini sering kali dianggap orang dari luar Kampung Sawah sebagai bukti agama mana yang lebih lama berada di Kampung Sawah.

Padahal menurut Jacob Napiun, salah satu tokoh agama yang disegani di Kampung Sawah, jarak antara masuknya Nasrani dan Islam tidak begitu jauh karena pada saat zaman penajajahan Belanda datang ke Kampung Sawah pun beberapa ada yang masih animisme.

Namun, hal yang dapat diambil dari Segitiga Emas bukan untuk mempertanyakan agama mana yang lebih dulu ada di Kampung Sawah.

Segitiga Emas ada sebagai bukti bahwa umat beragama bisa hidup rukun berdekatan dengan segala perbedaan yang ada.

Sekarang, yuk mengenal ikon Kampung Sawah, Segitiga Emas.


1. Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi

Meski usianya paling muda karena dibangun pada tahun 1965, bukan berarti warga Kampung Sawah belum ada yang menganut muslim pada saat gereja sudah dibangun atau bahkan sudah ada jauh sebelum gereja dibangun.

"Dulu, tempat ibadah warga beragama Islam di sini hanya musholla. Kenapa akhirnya dibangun masjid itu karena pada tahun 1965 pemerintah lewat gestapo yang datang kemari menegaskan untuk yang Islam ibadah lah di masjid, yang Kristen ibadah lah gereja," ujar Rahmadin Afif, Pemuka Agama Islam Kampung Sawah yang juga pendiri Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi.

Masjid ini berada di area yang memiliki luas 1 hektar.

Jadi di dalam area ini tidak hanya ada masjid, ada juga sekolah, asrama, pesantren, dan GOR Yasfi yang biasa dipakai sebagai pertemuan untuk acara wisata religi yang diikuti banyak agama.

Lahan yang dipakai untuk membangun masjid Agung Al-Jauhar Yasfi dulunya adalah sawah.

Beberapa tahun setelah 1874, jemaat GKP Kampung Sawah melaksanakan kebaktian di rumah Laban Rikin.

Laban Rikin merupakan salah satu pemimpin kelompok jemaat yang sempat terpecah sebelum disatukan kembali oleh Pendeta C. Albers.

Gereja yang terus mengalami perubahan ini (dari luas bangunan 13 x 16 m hingga 21 x 10 m) GKP kini sudah bisa menampung 1.000-2.000 jemaat.

Lahan yang dipakai untuk membangun Gereja St. Servatius ini adalah lahan kosong biasa (tanah padat) bukan sawah.

Gereja ini memiliki daya tampung jemaat lebih besar daripada GKP.

Gereja St. Servatius ini dapat menampung 1.200 jemaat (standarnya) dan membludak pada hari raya seperti natal atau paskah, yaitu menampung 4.000 orang.

“Kalau di hari raya besar jadinya jemaat bisa sampai pekarangan gereja juga. Makanya sudah dipasangi tenda dari jauh hari,” ujar Jacob Napiun, Pemuka Agama Katolik Kampung Sawah.

Yang unik dari gereja ini dan tidak ada di kedua rumah ibadah sebelumnya adalah adanya unsur gaya bangunan Betawi pada bangunan gereja.

Namun Tris, Istri Jacob mengatakan bahwa ornamen gaya rumah Betawi pada atap gereja baru ada pada tahun-tahun setelah 2010.

Segitiga Emas ini merupakan simbol keberagaman yang ada di Kampung Sawah.

Dengan usia yang sudah tua dan jarak berdekatan, masing-masing jemaat dari ketiga rumah ibadah sudah memberi ajaran turun-temurun untuk tetap menjalani kewajiban mereka.

Jacob berkata, kewajiban-kewajiban itu adalah tiap jemaat harus memelihara, menjaga, dan merawat adat yang sudah terjalin antar umat dari tahun ke tahun.

Misalnya seperti mempersilakan jemaat tempat ibadah lain untuk parkir di lahan tempat ibadah salah satu dari mereka juga.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/12/24/08484091/kisah-segitiga-emas-di-kampung-sawah-bekasi-3-tempat-ibadah-yang-jadi

Terkini Lainnya

Pipa PDAM Bocor, Warga Serpong Tak Dapat Air Bersih Berjam-jam

Pipa PDAM Bocor, Warga Serpong Tak Dapat Air Bersih Berjam-jam

Megapolitan
Antar Mobil Teman, Anggota Polres Jaktim Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi

Antar Mobil Teman, Anggota Polres Jaktim Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil di Kelapa Gading Bukan Dibunuh Kekasih, tapi Tewas Saat Berupaya Menggugurkan Janinnya

Wanita Hamil di Kelapa Gading Bukan Dibunuh Kekasih, tapi Tewas Saat Berupaya Menggugurkan Janinnya

Megapolitan
Dukcapil DKI Sebut Setiap Warga Terdampak Penonaktifan NIK Dapat Pemberitahuan

Dukcapil DKI Sebut Setiap Warga Terdampak Penonaktifan NIK Dapat Pemberitahuan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pria yang Minta THR dengan Peras Petugas Minimarket di Cengkareng

Polisi Tangkap Pria yang Minta THR dengan Peras Petugas Minimarket di Cengkareng

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Megapolitan
2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

Megapolitan
Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Megapolitan
Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Megapolitan
Ketakutan Pengemudi 'Online' Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Ketakutan Pengemudi "Online" Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Megapolitan
KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

Megapolitan
Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Megapolitan
Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Megapolitan
Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke