Salah satunya tumpukan sampah tampak di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang berada di Jalan Inpeksi Mookevart, Daan Mogot, Jakarta Barat, Jumat (10/1/2020).
Sampah yang dikumpulkan nantinya diangkut ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi.
Di sini, peran sopir truk sampah sangat berarti.
Salah satunya adalah Rukmayadi (39), sopir truk dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat yang mengaku bekerja sejak subuh hingga sore hari.
"Saya biasa keluar dari rumah jam 5 subuh, pulang jam 2 namun ini dua kali mas. Subuh berangkat pulang jam 5 sore," ucap Yadi saat ditemui di jalan Inpeksi Mookevart, Daan Mogot, Jakarta Barat, Jumat.
Kebetulan rumah Yadi tidak kebanjiran pasca hujan mengguyur Jakarta, sebab rumahnya di Rusun Kalideres.
"Rumah bapak kebanjiran kalau rumah (saya) enggak, kalau jalan atau akses sih iya (banjir)," ujar Yadi.
Sejak banjir melanda, Yadi sudah punya bayangan bagiamana sibuknya hilir mudik mengangkut sampah dari Jakarta Barat ke Bantar Gebang.
Istri Yadi memaklumi pekerjaan Yadi yang bisa dibilang tidak kenal waktu berangkat subuh, pulang malam hari.
"Di sini sudah kerja biasa sih mas, paling kalau ada apa-apa misal pulang terlambat bisa ngebel (hubungi) istri. Istri juga mendukung kan ini bekerja bantu orang," kata Yadi.
Berangkat dari situ, Yadi menjadi semangat dalam bekerja. Jauhnga jarak Daan Mogot-Bekasi tidak begitu dihiraukannya.
Bahkan, aroma sampah yang terendam banjir juga tidak dihiraukannya. Menurut dia, selama masih bisa membantu orang pasti segala jalan dimudahkan.
"Memang difokusin ini dari tanggal 1 Januari Rabu lalu, Kamis, dan Jumat airnya di sini sudah surut. Sampah kasur yang paling banyak, karena sudah 1 minggu juga kan belum diangkut. Soal bau atau aroma ya saya udah biasa, Mas," ujar Yadi sambil bercanda gurau.
Sembari menunggu truknya terisi sampah, terkadang Yadi juga ikut membantu mengatur lalu lintas.
Sebab, tempat pemungutan sampah berada di dekat permukiman warga yang ramai aktivitasnya.
Setelah truk penuh barulah, Yadi membawa sampah ke Bantar Gebang.
Beruntung, sampah hasil banjir menurut Yadi lebih diutamakan di Bantar Gebang, jadi tidak ada antrian yang begitu panjang.
"Enggak begitu macet mendingan lah klau di Bantar Gebang, karena diutamakan sampah banjir itu duluan masuk," kata Yadi yang biasa piket di kawasan Palmerah.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/10/21350341/cerita-rukmayadi-berjibaku-dengan-baunya-sampah-pasca-banjir