Kompas.com pun mencoba menyambangi kawasan Petak Sembilan yang berada di Jalan Kemenangan Raya, Glodog, Tamansari, Jakarta Barat pada Kamis (24/1/2020) ini.
Jelang perayaan Imlek ini, ornamen berwarna merah dan emas pun menghiasi sepanjang Jalan Kemenangan Raya.
Ketika sampai di kawasan ini, pedagang kaki lima tampak menyambut di kiri kanan jalan. Tidak hanya pedagang kaki lima, terdapat pula ruko-ruko di kiri kanan di pasar khas Tionghoa ini.
Daerah Pasar Petak Sembilan memang jadi surga kuliner legendaris. Tidak hanya kuliner, perlengkapan ibadah untuk umat Hindu dan Budha pun lengkap di kawasan ini.
Berjalan menyusuri jalan pasar, terlihat di kiri kanan ruko-ruko yang menjajakan lampion, hio, dupa, jinzhi (uang arwah), baju Imlek cheongsam (pria) dan changshan (wanita).
Ada juga ruko yang menjajakan dupa, kue keranjang, sampai dengan amplop angpau, berjejer sampai ujung jalan.
Ada juga ruko-ruko yang menjual beragam jenis kue, permen, camilan.
Di pasar ini juga terdapat pedagang yang menjajakan berbagai macam sayuran, daging, dan ikan.
Uniknya, di Petak Sembilan ini juga dapat ditemukan penjual yang tidak biasa ditemui di pasar lainnya. Seperti pedagang yang menjual daging swike alias kodok hingga bulus
Tidak hanya itu, terdapat pula ruko-ruko obat herbal terlengkap di kawasan ini.
Pasalnya rata-rata ruko obat yang berdiri di kawasan Petak Sembilan sudah lama dibangun. Bahkan beberapa penjualnya sudah melewati beberapa generasi.
Di Petak Sembilan ini juga terkenal dengan kuliner yang khas lho. Kalian bisa temukan surganya kuliner ketika menyusuri Gang Gloria.
Di gang inilah berbagai macam makanan dan minuman disajikan.
Kita bisa mampir ke Kedai Kopi Es Tak Kie, Cong Fan, Mipan, Kari Lam Gang Gloria, Bakmie Amoy, hingga Rujak Shanghai.
Meski kebanyakan kuliner di sini non halal, namun bagi kita yang muslim tetap bisa menikmati wisata kuliner di Petak Sembilan. Sebab, sebagian pedagang kini mulai banyak yang menawarkan itu.
Pedagang di kawasan Petak Sembilan ini memulai aktivitasnya sejak subuh. Para pedagang akan menutup lapaknya saat senja mulai menyapa. Ada juga beberapa pedagang yang menutup dagangannya pada pukul 20.00 WIB.
Asal mula Petak Sembilan
Kompas.com pun berbincang dengan warga asli Petak Sembilan, Fehrry Setiawan tahun (69).
Fehrry mengatakan, kawasan itu disebut Petak Sembilan lantaran dahulu hanya ada sembilan petak rumah yang berdiri.
Ada pula yang menyebut kawasan ini dulunya Tanah Lapang. Sebab kawasannya yang luas dengan tanah.
Namun, seiring berjalannya waktu kawasan ini dipenuhi oleh bangunan-bangunan baru.
"Makin banyak yang bangun rumah, toko-toko malah sekarang udah jadi padat ya yang tinggal dan berjualan di sini," ujar Fehhry.
Fehhry mengaku, sudah tidak terlihat lagi bangunan-bangunan lama khas Tionghoa di kawasan itu.
Sebab semua rumah di kawasan ini kebanyakan sudah dibangun baru. Hanya tinggal Klenteng Dharma Bahkti yang masih kokoh dengan bangunan lamanya meskipun klenteng ini sempat terbakar Maret 2015 lalu. Saat ini warga sekitar pun tengah menanti renovasi dari Klenteng itu.
"Wah iya katanya mau direnovasi seperti sedia kala bangunannya. Ini kan bangunan paling lama yang masih tersisa di Petak Sembilan, semoga cepet selesai," tutur dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/24/13343781/menyusuri-petak-sembilan-surganya-pasar-kuliner-hingga-obat-herbal