Permintaan maaf itu diutarakan lantaran Ridwan menyebut tidak ada kerajaan di Ciamis dan arti "Galuh" berarti brutal.
Pernyataan itu disampaikan pada Chanel YouTube Macan Idealis yang tayang Rabu (12/2/2020).
“Saya minta maaf sebesar besarnya telah membuat kegaduhan,” kata dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (14/2/2020).
Namun walau sudah meminta maaf, dia tidak bisa menarik ucapanya tersebut terkait arti “Galuh”.
Menurut penjelasan pria yang akrab disapa Babe, dahulu masyarakat ras kaukasia (ras kulit puti) yang tinggal bersama pribumi kerap menggunakan bahasa Armenia.
Pada masa itulah, masyarakat pribumi akrab dengan istilah Galuh yang berarti brutal.
Namun berjalannya waktu, penduduk lokal saat itu salah mengartikan istilah “Galuh”. Kesalah pahaman arti “Galuh”pun terjadi hingga saat ini.
“Jadi istilah Galuh itu memang ada kamusnya. Saya meminta maaf karena sudah meresahkan. Tapi saya tidak bisa mengubah kamus Armenia,” ucap dia.
Namun biar bagaimana pun, Babe siap datang ke Ciamis untuk menjelaskan dengan detail sejarah tersebut.
“Saya pasti akan datang jika diundang,” kata dia.
Sebelumnya, Ketua Dewan Kebudayaan Ciamis Yat Rospia Brata mengatakan Saidi asal sebut bahwa Galuh berarti brutal.
Dia menjelaskan Galuh bermakna hati yang terdalam atau nurani.
"Kata siapa (Galuh berarti brutal)," tegasnya di kompleks Universitas Galuh, Kabupaten Ciamis, Kamis (13/2/2020).
Yat melanjutkan, atas keberadaan dan kebesarannya, banyak instansi yang memakai nama Galuh. Nama tersebut di antaranya dipakai nama universitas dan instansi militer.
"Kami (memakai nama) Universitas Galuh. Kalau dibilang Galuh berarti brutal, masak universitas brutal. Ada juga Brigif Galuh. Ini bahaya sekali (mengartikan Galuh sebagai brutal)," tutur Yat.
Yat meminta Ridwan Saidi membuktikan omongannya. Dia meminta Ridwan datang ke Ciamis dalam waktu 2x24 jam.
"Jika tidak hadir, kami akan laporkan segala persoalan ini ke polisi," kata Yat.
Adapun pernyataan Ridwan Saidi dalam akun Youtube Macan Idealis adalah sebagai berikut:
"Saya mohon maaf ya dengan saudara saudara saya yang dari Ciamis, di Ciamis itu tidak ada kerjaan. Karena indikator eksistensi adanya kerajaan adalah indikator ekonimi. Ciamis indikatornya apa? pelabuhanya kan kalau di Ciamis bukan pelabuhan Niaga.
Sama dengan pelabuhan kita di Teluk Bayur kan, kan bukan pelabuhan niaga, tapi pelabuhan penumpang. Lalu dia dagang apa? Bagaimana membiayai kerajaan. Lalu diceritakan lah ada raja Sunda Galuh," kata Ridwan.
"Ditemuin tuh beh, bangunan berundaknya beh," ujar pewawancara dalam akun itu.
"Ya bangunan berundak itu apa dan tahun berapa, kan musti teliti kita kan. Batu batanya harus kita teliti ini bekas bangunan apa? Nah, kembali ke kawan kita Galuh ini. Sunda Galuh saya kira agak keliru ya penamaan itu. Karena Galuh artinya brutal. Jadi saya tidak yakin ada peristiwa Diah Pitaloka, wanita dari Sunda Galuh itu, dipanggul-panggul dibawa ke Hayam Wuruk," jawab Ridwan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/14/13475361/dikritik-keras-budayawan-ciamis-ridwan-saidi-minta-maaf