JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta kepolisian dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengusut tuntas penyebab lonjakan harga masker di pasaran.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, pihaknya menduga ada penimbunan stok masker oleh distributor untuk mendulang keuntungan lebih besar di tengah ramainya isu Virus Corona.
"Saya kira bahwa polisi dan KPPU harus bertindak. Jadi jangan sampai ini (lonjakan harga masker) dibiarkan karena saya menduga ada spekulan-spekulan yang sengaja mendistorsi pasar, ya distributor lah terutama," kata Tulus saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (14/2/2020).
Tulus menambahkan, pihaknya telah banyak menerima aduan konsumen terkait lonjakan harga masker serta kelangkaannya di pasaran.
"Ini kan distributor (bisa saja) sengaja menimbun atau memainkan sehingga seolah-olah di pasaran tidak ada barang, tidak ada stok sehingga harga naik, konsumen panik, dan kemudian dijadikan objek eksploitasi untuk menaikkan harga," ujar Tulus.
YLKI menyatakan bahwa kenaikan harga masker membuat konsumen menjadi panik. Padahal, stok masker dirasa masih cukup karena Indonesia belum terkonfirmasi positif Virus Corona.
"Harus Kementerian Perdagangan juga harus bertindak, Kementerian Perdagangan itu ngapain kerjanya? Harusnya dia menyelidiki kok ini terjadi lonjakan harga (masker)," ujar Tulus.
Adapun lonjakan harga masker di pasaran sudah berlangsung sekitar satu bulan.
Di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, harga Masker N95 kini menyentuh Rp 1,6 juta per boks yang berisi 20 buah. Padahal harga normalnya hanya berkisar Rp 195.000 per boks.
Selain itu, harga masker biasa pun juga tidak kalah melonjak. Kini, harga masker biasa mencapai Rp 170.000 hingga Rp 350.000 per boksnya yang berisi 50 buah. Harga normalnya padahal hanya sekitar Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per boks.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/14/21282181/polisi-dan-kppu-diminta-usut-tuntas-penyebab-lonjakan-harga-masker