JAKARTA, KOMPAS.com - Ekspos terus-menerus dan berlebihan kasus remaja bunuh bocah 5 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat, dikhawatirkan dapat memicu peristiwa serupa di masa depan.
Menurut Ketua Bidang Pemantauan dan Kajian Perlindungan Anak Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Reza Indragiri Amriel, kekhawatirannya berdasar pada suatu teori sosiologi gagasan Albert Bandura pada 1971 silam.
"Teori belajar sosial, bahwa apa-apa yang kita indera bisa mendorong kita melakukan perbuatan serupa," kata Reza, Sabtu (7/3/2020).
"Dikhawatirkan (ekspos berlebih kasus ini) menginspirasi anak-anak lain yang hari ini tampak lebih gampang meledak ketimbang generasi sebelumnya," tambah Riza.
Menurut Reza, ekspos berlebih kasus ini justru rentan membuat segelintir kalangan terjerumus pada perspektif mengelu-elukan tindakan remaja itu lantaran perbuatan ekstremnya.
Bukan tidak mungkin, pengakuan semacam itulah yang dikehendaki oleh remaja tersebut di balik tindakannya, kata dia.
Maka, ekspos kasus ini cukup sebagai perhatian masyarakat, terutama soal keamanan.
"Di sisi lain, tak elok jika kasus ini dibiarkan luput dari perhatian masyarakat. Karena, ini boleh jadi menyangkut kepentingan bahkan keamanan publik," kata Reza.
Sebelumnya diberitakan, remaja pembunuh bocah 5 tahun di Sawah Besar mengaku aksinya terinsipirasi dari film pembunuhan.
Peristiwa bermula saat korban bermain ke rumah pelaku untuk bermain seperti biasa. Namun, pelaku justru menenggelamkan korban di bak mandi, disertai sederet tindakan keji lain.
Keesokan harinya, saat perjalanan menuju sekolah, pelaku memilih berganti pakaian dan menyerahkan diri ke Polsek Taman Sari, Jakarta Barat.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/09/09172161/ekspos-berlebih-terhadap-remaja-pembunuh-bocah-dikhawatirkan