"Enggak, kematian (dua orang) bukan karena DBD, tapi karena penyakit penyerta," kata Deden saat ditemui di Rumah Sakit Umum (RSU) Tangsel, Selasa (10/3/2020).
Deden tak menjelaskan secara merinci kapan dua orang yang terjangkit DBD tersebut meninggal dunia.
Namun, kata Deden, saat ini yang menjadi fokus utama pihaknya adalah pencegahan agar tidak ada penambahan kasus DBD.
"Saat ini penting penanganan kedepan pencegahannya. Emang lagi tinggi curah hujan awal bulan Maret ini," ucapnya.
Menurut Deden, pencegahan yang dilakukan pihaknya melalui program Jumantik. Petugas Jumantik tersebar di tujuh kecamatan di wilayah Tangsel.
"Semua kecamatan Jumantik sudah dibentuk seluruh kecamatan. Cuma saat ini leading center-nya di kecamatan yang kita masih dampingi dan sudah berjalan sebenarnya," ungkapnya.
Sebelumnya, Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie menyebut pasien penderita DBD yang menjalani perawatan di RSU Tangsel mengalami peningkatan sejak awal tahun 2020.
Terhitung bulan Januari 2020, pasien penderita DBD mencapai 29 orang. Sedangkan untuk bulan Februari 2020, mencapai 41 orang.
Sementara untuk 10 hari pada bulan Maret 2020, sudah masuk 17 pasien penderita DBD juga menjalani perawatan intensif.
Adapun empat diantaranya dipulangkan setelah dinyatakan sembuh. Bahkan, dua orang dari 87 pasien tersebut juga dikabarkan meninggal dunia.
"Untuk yang meninggal itu satu anak dan satu dewasa. Benar DBD tapi ada penyakit penyertanya itu," kata Benyamin.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/10/18380461/kadinkes-bantah-dua-orang-meninggal-di-tangsel-karena-demam-berdarah