Kamis (19/3/2020), ketika ditemui wartawan di kediamannya, Sita yang merupakan penyintas kasus 01 Covid-19 Indonesia berulang kali bicara dengan suara tercekat menahan haru.
Ia mengenang kerja keras para perawat yang seakan tak kenal lelah memperhatikan ia dan keluarganya.
Selain Sita, kakaknya Ratri Anindyajati dan ibunya Maria Darmaningsih juga dirawat di RSPI Sulianti Saroso bersamanya, juga akibat Covid-19.
Sita mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya bagi para perawat yang tetap sabar menghadapinya.
Ia tak memungkiri, kondisi psikisnya sempat jatuh pada hari-hari awal didiagnosis terpapar Covid-19 dan identitas mereka berserak di dunia maya.
"Mereka (para perawat) baik banget dan tahu saya nangis terus. Mereka berusaha terus naikin mental saya," kata Sita.
"Mereka itu kan, perawat dan tenaga medis kan ada risiko ketularan (Covid-19) walau pakai APD (alat perlindungan diri). Tapi mereka enggak takut dan mereka selalu ajak ngobrol aku 15-20 menit," ia mengisahkan.
"Pasti kalau aku lagi nangis-nangis, mereka memenangkan aku dulu. Setelah aku dilihat cukup tenang, baru mereka pergi," tambah dia.
Sita mengaku bahwa kondisi psikisnya tak sama dengan kakaknya, Ratri yang ia nilai lebih stabil secara emosional.
Maka, dukungan serta perhatian yang tercurah dari para perawat ia anggap sebagai suatu dukungan moral yang luar biasa untuk membawanya kembali pulih secara psikis.
"Aku takut banget jarum. Setiap mau disuntik, 20 menit aku menangis baru bisa ditusuk jarum. Perawatnya luar biasa sabar," ujar penari profesional itu.
Butuh beberapa hari untuk memulihkan kondisi mental Sita yang sempat terpuruk gara-gara identitasnya tersebar di dunia maya dan sempat jadi bahan cacian warganet karena Covid-19 yang ia derita.
Setelah mulai merasa semangat, ia coba kembali ke kebiasaan dirinya yang aktif dan selalu bergerak.
Ia merasa rindu berolahraga, sesuatu yang ia rutin lakukan, setelah berhari-hari mendekam di ruang isolasi.
"Saya squat, plank, saya coba head-stand di kasur! Saya pikir ya tidak apa-apa, karena saya cuma batuk doang. Saya split, saya nari-nari," ujar Sita.
Para perawat tetap memperhatikannya. Melalui intercomm, Sita berulang kali "ditegur" perawat yang merasa khawatir dirinya jatuh, cedera, atau selang infusnya lepas.
"Mereka benar-benar baik," ungkap Sita.
Indonesia sendiri masih menorehkan catatan buruk soal penanganan Covid-19. Dari total 369 kasus Covid-19, sebanyak 32 pasien di antaranya berujung kematian.
Torehan ini membuat Indonesia termasuk salah satu negara di dunia dengan tingkat kematian akibat Covid-19 paling parah, yakni 8,67 persen tingkat kematian.
Sementara mereka yang sembuh sebanyak 17 orang.
Pemerintah terus menggaungkan agar masyarakat yang mampu berdiam diri di rumah memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin.
Menjauhi kerumunan terbukti jadi momen yang penting untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 semakin masif.
Terbaru, Pemprov DKI Jakarta bahkan melarang kegiatan keagamaan berjamaah di rumah ibadah guna menekan kerumunan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/20/18321071/penyintas-covid-19-kenang-perhatian-para-perawat-mereka-benar-benar-baik