Salin Artikel

Risiko Tertular Tinggi, Tenaga Medis Tangani PDP Covid-19 dengan Jas Hujan hingga Baju Operasi

Saat ini banyak rumah sakit yang kekurangan alat pelindung diri. Padahal, jumlah PDP covid-19 terus meningkat.

Tenaga kesehatan di beberapa rumah sakit masih menggunakan perlengkapan seadanya. Padahal, mereka yang paling berisiko tertular virus Corona.

Misalnya, rumah sakit di kawasan Mekar Sari, Bekasi.

Lewat media sosial, pihak RS menyampaikan butuh masker N95 dan masker bedah, coverall jumpsuit, goggles, sarung tangan diposable dan steril, shoe cover, face shield, hand sanitizer, alkohol, dan multivitamin.

Salah satu dokter di rumah sakit itu, Lili (bukan nama asli) mengakui, rumah sakitnya memang bukan rumah sakit rujukan covid-19.

Namun, APD sangat dibutuhkan mengingat ada sejumlah pasien yang datang ke rumah sakitnya dengan gejala terinfeksi covid-19.

Apalagi jumlah orang dalam pemantauan (OPD) terkait virus Corona di Bekasi kini melonjak tinggi.

“Rumah sakit kami memang bukan rumah sakit rujukan. Namun, dengan adanya APD kami bisa waspada karena melihat perkembangan jumlah OPD di Kota Bekasi mengkhawatirkan,” ucap Lili kepada Kompas.com, Senin (23/3/2020).

Lili mengatakan, sejumlah pasien yang datang mengeluhkan gejala seperti covid-19.

Para tenaga medis mengaku khawatir saat menangani pasien tersebut lantaran hanya berbekal jas hujan.

“Ya khawatir juga walaupun belum tahu status pasien itu positif atau negatif covid-19,” ucap dia.

Senada disampaikan Ani Hasibuan, dokter yang bertugas di rumah sakit kawasan Kabupaten Tangerang.

Ia mengaku khawatir kondisi para tenaga medis yang menangani pasien terkait covid-19.

“Ini kekhawatiran para tenaga medis, teman-teman sejawat dari umum di UGD sekarang semua pakai baju OK (baju operasi), APD nya itu masker dan handscoon,” ucap dia.

Mereka tidak dibekali dengan baju coverall jumpsuit yang menjadi standar operasional untuk menangani pasien terduga covid-19.

Dokter berusia 46 tahun ini bahkan mengaku menggunakan masker dengan sangat hemat. Sehingga maskernya bisa dipakai seharian.

“Harganya juga sangat mahal (masker), malahan masker dan sarung tangan sekarang langka di pasaran. Jadi bingung juga belinya,” ucap dia.

Ani mengaku, pihak rumah sakitnya sempat mengajukan surat bantuan ke Asosiasi Rumah Sakit untuk keperluan APD di rumah sakitnya.

Namun, surat tersebut belum direspons.

“Kami sudah minta jatah namun belum ada balasan. Kami masih menunggu ada yang mendonasikannya,” ucap Ani.

Ani juga berencana untuk mengirimkan surat pengajuan keperluan APD itu ke BNPB.

Menurut dia, donasi APD itu kerap diserahkan ke rumah sakit pemerintah.

“Kami baru ada pengumpulan donasi ya, namun saya dapat release dari seorang kawan, perusahaan besar sudah urunan membantu, tapi baru disalurkan baru ke RSPAD dan RS Persahabatan. Semoga rumah sakit lain juga segera mendapat bantuan,” ucap dia.

“Agar setiap rumah sakit diberikan APD sesuai dengan proporsinya,” tutur dia.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) sebelumnya mengumumkan, enam dokter yang bertugas menangani wabah virus corona ( Covid-19) di Indonesia meninggal dunia.

Lima orang dokter di antaranya diduga meninggal dunia akibat terjangkit virus corona.

Adapun seorang dokter lainnya meninggal dunia akibat serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan demi menghadapi virus corona.

"Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia berduka cita amat dalam atas wafatnya sejawat-sejawat anggota IDI sebagai korban pandemi Covid-19," demikian dilansir Kompas.com dari akun resmi Instagram PB IDI @ikatandokterindonesia, Senin.

Lima dokter yang diduga meninggal akibat terjangkit Covid-19, yakni dokter Hadio Ali Sp. S, dokter Djoko Judodjoko Sp. B, dokter Laurentius P Sp. Kj, dokter Adi Mirsa Putra Sp. THT dan dokter Ucok Martin Sp. P.

Adapun, dokter Toni D Silitonga bukan meninggal akibat terpapar Covid-19.

Dokter yang menjabat sebagai Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Bandung Barat itu meninggal akibat kelelahan serta serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan agar sigap dari ancaman virus corona dan edukasi masyarakat agar terhindar dari Covid-19.

"Semoga apa-apa yang menjadi perjuangan para sejawat kita diterima oleh Allah SWT dengan limpahan pahala yang mulia. Amin," imbuh keterangan itu.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/23/16124451/risiko-tertular-tinggi-tenaga-medis-tangani-pdp-covid-19-dengan-jas-hujan

Terkini Lainnya

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke