Salin Artikel

Mahasiswa Kenang Kuliah Online Perdana dan Terakhir dengan Guru Besar FKM UI yang Wafat sebagai Suspect Covid-19

Bambang tutup usia dalam status pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19.

Kabar yang beredar di media sosial, almarhum sempat merawat seorang pasien suspect Covid-19 sebelum dilanda sesak napas dan wafat.

Manajemen Universitas Indonesia membenarkan kabar itu. Namun pihak UI masih menanti hasil uji tes Covid-19 di laboratorium yang belum diumumkan hingga hari kepergian Bambang.

Bambang masih sempat mengajar mahasiswa S1 FKM UI pada Jumat (20/3/2020) lalu.

Kuliah dilakukan melalui video conference setelah UI menerapkan pembelajaran jarak jauh karena Covid-19.

Rupanya, kuliah tersebut kesempatan terakhir para mahasiswa diajar Profesor Bambang.

"Terakhir mengajar pada Jumat. Mestinya jam 08.00-09.40, tapi saat itu hanya setengah jam saja kelasnya," ujar Kevin Sebastian, mahasiswa angkatan 2017 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat FKM UI kepada Kompas.com, Senin (23/3/2020) sore.

"Seusai kelas, via WhatsApp Prof (sapaan Profesor Bambang) bilang, nih, terima kasih banyak, ya, Kevin dan kawan-kawan atas partisipasinya," lanjut dia, membacakan pesan terakhir Bambang di ponselnya dengan suara bergetar.

Kamis, kuliah online perdana

Kevin merupakan penanggung jawab kelas Pengantar Epidemiologi Bencana yang diampu Bambang.

Ia mengingat jadi orang pertama yang mengenalkan dan membimbing Bambang menggunakan aplikasi "Zoom" sebagai platform pembelajaran jarak jauh pada Kamis (19/3/2020) lalu.

Sebelumnya, kuliah yang rutin diadakan pada hari Jumat itu, selalu dilakukan secara tatap muka di kampus UI Depok, Jawa Barat.

Pekan lalu, Bambang minta para mahasiswa uji coba debut kuliah via video conference pada Kamis, sehari sebelum jadwal kuliah.

"Kamis pagi, saya dihubungi oleh Prof. Bambang dan diminta tolong untuk membantunya dalam hal mencoba aplikasi Zoom. Saat itu masih belum mengerti Prof. Bambang-nya," kata Kevin.

"Akhirnya sekitar jam 09.00, kami sudah sama-sama mengerti. Pukul 13.00, kami kumpulin mahasiswa, jumlahnya 40, kami coba latihan juga," tutur dia.

Kuliah berlangsung dimoderasi oleh Bambang. Ia sempat menyajikan tayangan podcast "Close The Door" bikinan Deddy Corbuzier yang kala itu menghadirkan tamu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.

Kuliah berlangsung kurang lebih 1 jam dengan aneka diskusi. Bahasan pada hari itu cukup banyak.

Materi kuliah yang mestinya jadi bahan ajar Jumat, akhirnya terbawa pada Kamis itu.

"Saat itu Prof. Bambang masih terlihat sehat-sehat saja, tidak ada gejala apa pun. Masih sehat dan mengajar biasa," tutur Kevin.

Jumat, kuliah online terakhir

Jumat, kuliah kembali diselenggarakan pada pukul 08.00 WIB, seperti jadwal kuliah tatap muka biasa di kampus.

"Karena kuliah sudah pasti di Jumat pagi, saya tidak chat Prof. Bambang lagi. Tapi, untuk menginformasikan, Prof. Bambang malah menelepon saya bahwa jam 08.00 ada kelas," ujar Kevin.

"Di telepon itu (Prof. Bambang) belum batuk-batuk. Masih sehat," tambah dia.

Kuliah akhrinya berlangsung, diisi oleh 40 mahasiswa. Biasa saja, selain berakhir cukup cepat, yakni hanya 30 menit sejak dibuka.

Bambang juga tak ambil terlalu banyak porsi "ceramah", sehingga layar video conference tak selalu tertuju pada sosok Bambang di balik layar monitor.

"Mahasiswa diminta diskusi seperti biasa saja di kelompok-kelompoknya," ingat Kevin.

Saat kuliah berakhir, tak pernah tebersit pula di benak ia dan kawan-kawannya bahwa kuliah barusan akan jadi perjumpaan terakhir mereka dengan guru besar yang dikenal rendah hati itu.

Saat itu, Bambang tidak berucap bahwa ia tidak enak badan atau hendak ke rumah sakit maupun cerita soal Covid-19.

Sang profesor memang diketahui punya klinik tempat ia praktik. Namun almarhum tak pernah mengumbar kehidupan pribadinya saat mengisi kuliah.

"Seperti yang sering dilakukan Prof. Bambang saja, ya berterima kasih karena mahasiswa sudah berpartisipasi," Kevin berujar.

Kabar duka itu berembus pada Senin pagi. Para mahasiswa masih tidak percaya dengan kabar tersebut.

"Langsung di grup kelas banyak chattingan, betul atau tidak Prof Bambang meninggal. Seperti tidak percaya," kata Kevin.

"Lalu salah satu teman saya bilang, 'Iya sih kemarin (Jumat) waktu kelas itu memang Prof. Bambang itu batuk-batuk'..."

"Di situ kami semua baru tahu. Karena waktu Jumat itu, layar (video conference) tidak tertuju terhadap Prof. Bambang saja. Tidak semua mahasiswa melihat bahwa Prof ini sedang batuk-batuk," ia menambahkan.

Kepergian Bambang terasa menyesakkan bagi Kevin. Sebab, boleh jadi, ia salah satu dari sekian mahasiswa FKM UI yang paling intens berkomunikasi dengan mendiang.

Selain sebagai penanggung jawab kelas Pengantar Epidemiologi Bencana yang diampu Bambang, ia juga tercatat sebagai mahasiswa yang dinaungi Bambang sebagai pembimbing akademik.

Wajar Kevin merasa amat kehilangan.

"Mudah-mudahan, Prof. Bambang selalu dikenang, amal ibadahnya di terima di sisi Tuhan."

Selamat jalan, Prof.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/24/05500021/mahasiswa-kenang-kuliah-online-perdana-dan-terakhir-dengan-guru-besar-fkm

Terkini Lainnya

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke