Salin Artikel

Cerita Penyemprot Disinfektan, Kebanjiran Pesanan gara-gara Virus Corona

JAKARTA, KOMPAS.com - Mewabahnya virus corona di Indonesia, terlebih di Jakarta, berdampak pada kegiatan perekonomian.

Salah satunya yaitu tingginya permintaan alat pelindung diri (APD), seperti masker, baju safety untuk para perawat, obat-obatan, hand sanitizer, dan cairan disinfektan.

Iman, bukan nama sebenarnya, salah seorang karyawan perusahaan penyedia cairan disinfektan dan jasa penyemprotan, harus berjibaku dengan jadwal penyemprotan yang padat dalam sebulan terakhir.

Warga Tanjung Duren ini sampai kewalahan saat diminta kepala divisinya untuk melakukan penyemprotan di sejumlah tempat.

"Pesanan banyak banget, sampai antre untuk menanganinya," katanya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/3/2020).

Iman awalnya mengira wabah ini tidak begitu meluas dan mudah diatasi.

Lama-lama, karena maraknya berita di media online, pria berusia 30 tahun itu mulai merasa khawatir.

Belum lagi setiap bertugas dirinya harus menggunakan APD yang ketat dan tidak jarang banjir keringat karena harus menahan panas.

"Khawatir sih pasti, tapi kita kan kerja dengan alat pelindung yang safety. Memang saat digunakan itu gerah banget, soalnya alat pelindung dirinya beda dari biasa kita pakai," ujar Iman.

Iman menggambarkan, untuk satu orang petugas penyemprot disinfektan, lebih kurang tidak ada bagian kulit yang tampak dari luar.

Artinya, semua bagian tubuh tertutup rapat dengan APD.

"Satu set kalau lagi nyemprot itu, baju wearpack khusus safety yang semua tertutup, masker, hairnet, sarung tangan, sepatu safety, pokoknya semua tertutup," sambung Iman.

Dalam satu hari, Iman dapat bepergian ke tiga sampai empat gedung sekaligus untuk menyemprot, tetapi masih dalam satu kawasan.

APD yang bisa dipakai pun berjam-jam dan kadang karet yang membatasi ujung pakaian APD membekas di kulit tangan Iman.

"Kalau di tempat saya kerja itu kan dibagi wilayah, misalnya ada orderan wilayah Senayan, pasti yang bagian Senayan yang menanganinya. Sejak ramai corona ini dalam satu hari bisa tiga atau empat gedung," kata Iman.

Itu sebabnya Iman terkadang merasa lelah usai menjalani pekerjaannya.

Rasa bangga tersendiri

Berangkat pagi pulang sore bahkan malam harus dijalani Iman beserta timnya.

Tak jarang rasa lelah dan letih ada dalam tubuh Iman, belum lagi kekhawatiran akan terpaparnya virus.

Namun, di balik itu semua, muncul kebanggaan tersendiri. Sebab, ikut berkontribusi dalam mengantisipasi penyebaran virus corona.

"Kami yang bekerja merasa senang, karena dapat mengurangi risiko terkena virusnya, umpama membantu mencegah virus corona," kata Iman.

Karena itulah, Iman yang sudah bekerja selama 2,5 tahun dalam menjalani profesi sebagai penyemprot disinfektan merasa bangga sekaligus bersyukur.

Walau kekhawatiran juga muncul dari keluarga di rumah terkait kondisi kesehatan Iman.

Namun, sebagai seorang kepala keluarga, Iman harus profesional dalam menjalankan tugas.

Prinsipnya, tetap ikhlas dalam bekerja dan terus berdoa memohon perlindungan Yang Mahakuasa.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/24/09180461/cerita-penyemprot-disinfektan-kebanjiran-pesanan-gara-gara-virus-corona

Terkini Lainnya

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke