Salin Artikel

Jatuh Bangun Warga Terdampak Wabah Corona...

Untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tak henti mengimbau masyarakat untuk menerapkan phyisical distanting (jaga jarak aman) dan lakukan isolasi mandiri.

Bahkan, belakangan ini Presiden Joko Widodo menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Dengan begitu, diharapkan bisa memutus rantai penyebaran Covid-19 yang kian bertambah dan membantu kerja tenaga medis yang tengah berjuang menyembuhkan pasien Covid-19 di rumah sakit.

Namun, tidak semua orang bisa bekerja dari rumah. Sebagian pekerja harus tetap berhadapan langsung dengan masyarakat.

Berikut beberapa profesi yang berjuang di tengah wabah Covid-19:

1. Pedagang asongan

Tak hanya pramugara, pedagang asongan pun harus bekerja menghidupi kebutuhan sehari-harinya meski khawatir terpapar Covid-19 menghantuinya.

Syaiful, pedagang asongan yang jual rokok dan berbagai jenis minuman di kawasan Taman Segitiga, yang berseberangan dengan kampus Unika Atma Jaya Jakarta itu mengeluhkan dagangannya yang tak laku semenjak pandemi Covid-19 menyebar.

Sebab, kantor-kantor sudah memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah dan mahasiswa juga kebanyakan kuliah dari rumah.

Oleh karena itu, Syaiful pada 7 Maret 2020 lalu memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Tegal, Jawa Tengah.

Namun, beberapa pedagang lainnya masih bertahan berjualan demi menghidupi keluarganya dan bertahan hidup.

Selama di kampung, Saiful pun menganggur semenjak mudik ke kampung halaman pada awal Maret lalu.

Situasi tidak pasti ini membuat Saiful tidak nyaman.

Tanpa berdagang, dirinya tidak memiliki pemasukan. Tidak ada uang untuk biaya hidup anak dan istri.

Itu sebabnya, Saiful berharap pandemi ini segera berakhir agar dirinya bisa berjualan kembali.

2. Ojek online

Kemudian, ojek online pun harus tetap berjibaku mencari nafkah demi keluarga meski dengan rasa khawatir dengan wabah virus corona.

Imbauan pemerintah agar warga menghindari kerumunan, membatasi bepergian, dan karyawan diminta bekerja dari rumah untuk mencegah penyebaran virus corona, turut berdampak pada penghasilan para pengemudi ojek online.

Akibatnya, para driver ojol pun harus rela kehilangan insentif karena tak mencapai target.

Setidaknya, itu yang dirasakan oleh salah satu driver ojol asal Yogyakarta, Fatawa Toni Obenk.

"Biasanya itu kita mungkin sekitar 20 orderan, tapi semenjak perkuliahan, kantor, dan sekolah libur atau semenjak stay at home ini, paling mungkin sekitar 10 sampai 13 orderan," kata Fatawa.

Para ojek online pun berangsur-angsur beralih menjadi pengantar makanan atau Go-Food demi tetap memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Ia bersyukur banyak orderan yang berdatangan. Meski demikian, ia bersyukur bisa membantu masyarakat mengantar makanan di tengah wabah virus corona ini.

3. PO Bus

Pandemi Covid-19 ini juga berdampak pada perusahaan otobus (PO).

Sebab beberapa perusahaan otobus (PO) di berbagai terminal juga dianjurkan untuk menghentikan sementara operasional bus untuk mencegah penyebaran Covid-19 makin meluas.

Alhasil, sejumlah PO bus di berbagai terminal pun terpaksa tutup atau tidak beroperasi.

Hal itu seiring dengan jumlah penumpang yang menurun drastis karena masyarakat pun khawatir tertular Covid-19.

Namun terhentinya operasional PO bus bedampak langsung pada perekonomian para pegawainya.

Misalnya saja, Lintong Nadapdap, seorang pegawai PO bus di Terminal Kampung Rambutan, kini tidak bisa bekerja karena PO bus tempatnya bekerja tutup.

Sejumlah PO bus yang tutup sudah memarkirkan kembali bus-busnya di tempat penampungan atau pul bus.

Lintong bersama beberapa rekannya yang senasib pun kini hanya bisa bertahan di terminal dan tidak tahu harus berbuat apa karena tidak bisa bekerja setelah PO bus berhenti operasi. Mereka kini kehilangan pekerjaan.

"Ya kalau kitanya ( pegawai PO) ya tunggu di sini saja tidak tahu tunggu harapan apa juga tidak tahu," ujar Lintong.

4. Buruh

Selain itu, ada juga para buruh yang terdampak akibat Covid-19. Sebab mereka sebagian terancam terkena PHK akibat Covid-19.

Ketua Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Kota Depok Wido Pratikno memperkirakan, ada sekitar 50.000 buruh metal di Kota Depok yang kelangsungan nafkahnya terganggu akibat pandemi Covid-19.

Ia menyampaikan, pandemi Covid-19 sudah membuat suplai dari sejumlah negara pemasok bahan baku metal terganggu.

Hal ini berdampak pada merosotnya daya produksi perusahaan-perusahaan elektronik dan metal tempat mereka bekerja sehari-hari.

"Kalau memang ini sampai bulan depan belum ada antivirus, kans buruh diliburkan besar, dan di-PHK (pemutusan hubungan kerja) juga besar," ucap Wido.

"Lima sampai 60.000 buruh mungkin akan terkena. Perusahaan saya saja sudah 2.000. Ada perusahaan-perusahaan lain yang lebih besar," ia menjelaskan.

Angka itu juga belum menghitung potensi buruh yang terdampak PHK di sektor-sektor lain, seperti industri garmen.

"Hampir 100 persen (perusahaan elektronik dan metal di Depok), mayoritas kena. Bisa sekitar 99 persen nanti," Wido mengklaim.

Oleh karena itu, semua berharap virus corona ini cepat berlalu.

Mereka hanya menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah menyelesaikan kasus virus corona di Indonesia.

Sehingga, situasi bisa kembali normal dan mereka yang terdampak ekonominya bisa menstabilkan lagi keuangannya.

 

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/04/07460621/jatuh-bangun-warga-terdampak-wabah-corona

Terkini Lainnya

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke