BEKASI, KOMPAS.com - Pertumbuhan kasus Covid-19 yang disebabkan infeksi virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) di Indonesia semakin melonjak tinggi.
Pada Kamis (16/4/2020) kemarin, sudah tercatat 5.516 orang yang terinfeksi Covid-19.
Para petugas medis pun berada di garda terdepan untuk memerangi virus yang kali pertama terdeteksi di Wuhan, China.
Salah satu dokter umum yang saat ini jadi relawan menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Wisma Atlet Kemayoran, Jilvien mengaku bahwa ia prihatin melihat keadaan teman-temannya sesama dokter kewalahan menangani pasien Covid-19 yang makin melonjak.
Sebab saat itu jumlah dokter tidak seimbang dengan pertumbuhan pasien positif Covid-19.
Akhirnya, ia tergerak menjadi dokter relawan untuk meringankan pekerja dokter lain yang sudah lebih dahulu menangani pasien Covid-19.
“Aku enggak tenang lihat pasien yang membludak, teman-teman dokter yang kewalahan. Terus aku lihat diriku dokter umum, yang seharusnya bantu. Akhirnya aku daftar jadi relawan dokter,” ujar Jilvien dalam wawancara melalui akun Instagram @bekasi_24_jam, Kamis.
Jilvien mengaku, awalnya memang sulit meminta izin kepada orangtuanya untuk menangani pandemi yang penularannya sangat cepat itu.
Orangtua, kata Jilvien, sempat khawatir. Sebab, sebelum pandemi ini terjadi, Jilviean berencana melanjutkan pendidikan kedokteran.
Karena melihat tekad yang besar, akhirnya orangtuanya pun memperbolehkan Jilvien maju ke garda terdepan bersama tenaga medis lainnya.
“Ya aku yakin bisa jaga diri dan Tuhan akan menjagaku. Saat izin mereka bilang awalnya, 'Enggak usah aneh-aneh, diem aja. Kan mau ujian'. Lalu pas aku tanya kedua kali, orangtuaku bilang terserah, ya sudah aku berangkat,” kata dia.
Tidak takut tertular
Selama di rumah sakit menangani pasien, Jilvien mengaku tidak takut tertular dengan virus corona tipe 2 karena ia menyadari risiko pekerjaannya sebagai dokter.
Lagi pula, menurut dia, virus ini lebih kecil kemungkinan menyerang ke usia muda. Apalagi ia tidak merokok dan tidak punya penyakit penyerta. Sehingga Jilvien merasa yakin dirinya bisa dan akan terus sehat.
"Usia muda bisa terserang Covid, namun jika daya tahan tubuh baik dan tanpa penyakit penyerta kemungkinan gejala berat yang timbul memang lebih kecil," ucap Jilvien.
“Aku termasuk yang tidak takut penularan karena aku enggak merokok. Yang penting aku tahu batasan, bisa jaga kesehatan dan kebersihan. Nah aku serahkan kehendak yang Maha Kuasa karena dia yang atur. I try, I can menagani ini (Covid-19).”
"Aku tidak takut meski aku pun bisa tertular. Tapi aku berusaha bijak dengan memakai APD dengan hati-hati, serta menjaga kesehatan dan kebersihan diri," imbuhnya.
Selama di rumah sakit, Jilvien tak pernah menjadikan risiko pekerjaannya sebagai sesuatu yang menakutkan. Ia bahkan bekerja menangani pasien selama delapan jam.
Begitu pula ketika mulai jenuh dengan pekerjaannya, Jilvien lekas mengusir kejenuhan itu.
“Kegiatan olahraga dan bernyanyi bersama ku lakukan bersama sesama teman relawan. Kalau dengan pasien kami tinggal di tower yang berbeda, biasanya ngobrol-ngobrol saat bertugas, atau kadang ngobrol singkat lewat antar-rooftop,” kata dia.
Setelah dua minggu bekerja, kata Jilvien, para tenaga medis diperbolehkan beristirahat untuk mengarantina diri yang juga di kawasan Wisma Atlet.
Di sela-sela waktu karantina diri, ia berolahraga di atap gedung Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.
Tidak hanya dia, pasien pun banyak yang menjemur diri di atap gedung rumah sakit.
Meski di gedung yang berbeda, para dokter sering saling sapa meski jaraknya agak jauh.
“Nah Kalau lagi off kita suka olahraga bareng dokter. Nah yang pasien kan di gedung beda tapi sama-sama di rooftop makanya aku lihat. Jadi jadi aku suka semangatin mereka gitu teriak, ‘semangat!!. Pokoknya make it fun aja’,” ucap dia.
Hal-hal itu yang terus ia lakukan membuat dirinya terus merasa nyaman menangani pasien Covid-19.
Ia merasa senang saat ini karena pasien Covid-19 di Wisma Atlet sudah banyak yang sembuh dan diperbolehkan pulang.
Namun, ia tak menjelaskan detail berapa jumlah pasien yang sembuh.
“Saya senang, pasien juga banyak yang sembuh kok di rumah sakit ini,” kata dia.
Jivien pun berpesan untuk masyarakat tidak mengucilkan pasien positif Covid-19 apabila mereka telah sembuh.
“Banyak juga kok yang dirawat di sini sembuh, saya berpesan juga jangan kucilkan pasien positif Covid-19 karena udah banyak yang sembuh kalian jangan kucilkan ya,” tutur dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/17/09285831/cerita-dokter-jilvien-minta-restu-orangtua-untuk-tangani-covid-19