Kondisi tersebut karena masih adanya polusi udara yang masuk dari sumber tidak bergerak di luar Ibu Kota.
Juru Bicara Bidang Iklim dan Energi Greenpeace Bondan Andriyanu menjelaskan, polusi udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan memang berkurang secara signifikan selama penerapan PSBB.
Namun, sumber polusi tidak bergerak seperti kawasan industri dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batubara yang berada di sekitar Jakarta menyumbang banyak polutan PM2.5 dan memperburuk kualitas udara di Ibu Kota.
“Memang Jakarta tidak punya PLTU atau tidak ada indsutri lagi, tetapi bagaimana dengan sekeliling Jakarta, karena angin saat ini berganti arah dan terjadi perputaran. Bisa jadi, pada saat Jakarta signifikan berkurang polutannya, tapi dari luar masih bertambah,” ujarnya dalam diskusi online, Kamis (30/4/2020).
Di sisi lain, lanjut dia, salah satu penyumbang PM2.5 di Jakarta adalah kendaraan besar.
Sebab, kendaraan tersebut masih beroperasi selama PSBB untuk mengangkut logistik makanan dan kebutuhan penting lainnya.
“Kendaraan kecil berkurang, tetapi sepertinya heavy duty vehicles masih jalan nih. Misalnya untuk logistik, bisa jadi PM2.5 itu tetap tinggi dari kendaraan besar. DKI Jakarta juga pernah memaparkan bahwa heavy duty vehicles itu tinggi kontribusinya terhadap black carbon,” kata Bondan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/30/20165341/greenpeace-selama-psbb-polusi-udara-di-jakarta-bersumber-dari-luar-ibu