Salin Artikel

Kronologi Polisi Gadungan Diduga Culik 2 Anak di Depok, Pura-pura Tindak Pelanggaran PSBB

Ia tak segan-segan untuk terus menyakinkan korbannya untuk ditangkap dan dibawa ke lokasi karantina di Jakarta Pusat.

I menjalankan aksinya pada siang hari di sekitar pukul 11.30 WIB di area Depok tepatnya di Taman Merdeka.

Hari itu, A dan N adalah korban kedua kejahatan I. Korban pertama ia perdaya dan satu handphone berhasil ia dapatkan.

Siang itu, A dan N baru saja mengantarkan rapor ke sekolahnya.

Kemudian, I bertanya kepada dua anak SMP yang sedang berada di sekitar area taman, “Orangtuanya ada enggak? Kan enggak boleh kumpul-kumpul”.

Ia bertingkah seolah menjadi aparat yang ingin menertibkan masyarakat yang berkeliaran di luar.

I lalu meminta bertemu kedua orangtua korban dan pihak RT/RW. I bermaksud ingin menangkap kedua korban dan dikarantina selama dua minggu.

I menyampaikan niat tersebut di atas motor bersama pelaku. Kedua anak menolak untuk dikarantina.

I meyakinkan A dan N untuk membuat surat perjanjian karena menolak dikarantina. I mengajak A dan N untuk ikut ke kantor polisi untuk membuat surat perjanjian.

I terus memacu sepeda motornya membawa kedua korban sambil berboncengan bertiga. 

Sempat Minta Tolong

A sempat menelpon ibu kandungnya, Ina. A menjelaskan ia dan temannya dibawa oleh orang tak dikenal.

Ina berpikir A diculik. Ina sempat berbicara dengan I dan meminta agar anaknya dilepaskan dan siap memenuhi permintaannya.

I tahu kalau A menelepon ibunya. Ia tak berbicara apapun dan lalu mematikan sambungan telepon itu. Dua ponsel korban lalu disita oleh I.

Ina pun bingung dan kalang kabut karena merasa anak sulungnya diculik. Ina bahkan sempat pingsan setelah menerima telepon itu.

Adik A, AZ sempat melacak posisi A lewat aplikasi.

Posisi korban terlacak hingga sampai Jalan Ciputat Raya. AZ melalui Facebook Almarhum ayahnya sempat meminta pertolongan untuk melacak penculik kakaknya.

Ia juga mengirimkan lokasi terakhir kakaknya yang didapat dari aplikasi itu.

“Ini A anaknya Pak L. Bang A diculik. No hpnya. 0812xxxx. Ini beneran. Ibu UU sudah pingsan. Bukan bercanda, ribet. Tolongin dong teman-teman Alm. L yang intel dan polisi. Tolong bantuin. Pliss ini urgent hubungi 08122xxx. Plis,” tulis AZ.

Tanggapan di Facebook beragam. Ada yang tak percaya alharhum mengunggah, ada yang menanyakan kondisi Ina, dan menyarankan untuk menghapus akun Facebook almarhum L.

“Azzam kangen ayah, ya? Tadi tante sampai kaget ngabari semua teman ayah kalau abang diculik. Jangan lagi becanda gitu ya, Sayang. Kalau kangen Ayah, kalian berdoa ya,” tertulis di kolom komentar.

A dan AZ adalah anak yatim. Media sosial Facebook almarhum ayahnya masih bisa mereka akses. Rekan-rekan almarhum di Facebook sempat tak percaya dengan unggahan permintaan tolong tersebut.

Ditangkap di Komplek Polisi

Di sisi lain, I membawa dua korban melewati Jalan Sawangan, Cinere, hingga akhirnya tertangkap di area Komplek Sespima Polri Ciputat.

Kedua korban tampak bingung setelah apa yang menimpa mereka. Mereka seakan tak sadar telah diperdaya oleh penjahat.

Saat beraksi, I menggunakan kemeja bunga-bunga, masker merah, dengan vest berwarna hijau dan membawa sebuah handy talkie, emblem polisi bintang tiga, serta emblem Polisi Metro Jaya.

I mengaku sudah biasa membawa handy talkie dalam beraksi untuk memperdaya korban.

Awalnya, I berniat untuk menurunkan korban di sebuah masjid di area Komplek Sespima Polri. I membawa dua korban ke komplek polisi untuk menyakinkan korban bahwa ia telah membawa ke kantor polisi.

Kemudian, ia akan meninggalkan korban dan membawa kabur ponsel korban.

I lalu tertangkap saat ingin masuk ke area Kompleks Sespima Polri. Polisi jaga di depan pintu memberhentikan I yang membonceng dua orang.

Polisi jaga curiga dengan pelaku. Kemudian, polisi jaga di pintu kompleks memisahkan pelaku dan korban untuk diinterogasi.

Polisi bertanya kepada A terkait hubungannya dengan I. A dan N menjawab bahwa mereka tak mengenal orang yang membawanya. Polisi yang curiga lalu meringkus pelaku.

Polisi geram setelah mengetahui pelaku mengaku sebagai polisi. Barang bukti yang ditemukan mengindikasikan I berpura-pura sebagai polisi.

Awalnya, ia hanya mengaku sebagai anggota Tagana (Tanggap Bencana). Informasi yang Kompas.com dapatkan ia mengaku sebagai polisi berpangkat Brigadir Dua (Bripda) dalam beraksi.

“Lo nih bikin malu polisi. Ngaku-ngaku polisi. Nama polisi jadi jelek,” kata polisi di pos jaga kepada I.

I mengaku tinggal di Jatibaru, Tanah Abang.

Dalam pemeriksaan awal, I tak membawa KTP. Saat mengakui perbuatannya, I tampak berbicara tenang seolah merasa tak bersalah. Tatapan matanya datar.

Kanit Reskrim Polsek Kebayoran Lama Iptu Dimas Arki Jatipratama membenarkan adanya peristiwa ini. 

Namun berbeda dengan keterangan korban, Dimas menuturkan polisi gadungan ini tertangkap di check point kawasan Jalan Ciputat Raya, Jakarta Selatan.

I selaku polisi gadungan diberhentikan karena berboncengan tiga dengan dua korban dan tidak memakai masker.

"Jadi ketangkep di check point, nah ditanya 'kamu ngapain bertiga tiga?'. Nah ceritalah si kecil ini (korban) kan, ketahuanlah di situ," kata Dimas saat dikonfirmasi, Kamis (14/5/2020).

Kompas.com mendapatkan informasi tentang dugaan penculikan ini dari seorang rekan almarhum ayah A sekitar pukul 13.50 WIB. Kompas.com lalu menelepon A untuk menanyakan kabar.

A menjawab saat itu berada di RS Bhayangkara di Jalan Ciputat Raya No 40. Kompas.com lalu bergegas ke lokasi yang diberikan A.

Pelaku kemudian dibawa ke Polsek Kebayoran Lama. Area penangkapan pelaku berada di wilayah yuridiksi Polsek Kebayoran Lama.

I dibawa menggunakan mobil polisi. Di saat bersamaan, ayah N telah datang.

Kompas.com bersama ayah N menuju Polsek Kebayoran Lama. Tak berapa lama kemudian, perwakilan keluarga A datang.

Pelaku sempat berada dalam pengawasan Polsek Kebayoran Lama. Polisi di Polsek Kebayoran Lama lalu membawanya ke Polres Depok sekitar pukul 16.00 WIB dengan mempertimbangkan Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Depok

Sore itu, Jalan TB Simatupang dipenuhi mobil dan motor. Pelaku dibawa menggunakan mobil polisi lewat tol.

Kompas.com menggunakan motor menembus kemacetan Jakarta dan Depok meski sedang berstatus PSBB.

Sekitar pukul 17.00 WIB, Kompas.com bertemu Ina yang datang bersama sanak saudaranya. Ia bercerita bahwa A memang sempat meneleponnya.

Lalu, Ina meminta AZ untuk meminta pertolongan lewat Facebook, yang kemudian mendapat tanggapan beragam.

Tangis haru pecah

Mobil polisi Polsek Kebayoran Lama lalu masuk ke pelataran Polres Depok.

A lalu turun dan dipeluk oleh Ina. Tangisan Ina tak bisa dibendung. Ia memeluk A seraya bersyukur A selamat dari aksi kejahatan.

Ina terus mendampingi A dan mengajaknya ke kantin Polres Depok. Saat itu, adzan maghrib sudah hampir berkumandang.

Ina menyiapkan hidangan berbuka puasa dengan membeli teh hangat, lontong, dan aneka gorengan.

Di dalam mobil, I masih tergeletak tetapi masih bernapas. Di mulutnya, air liur keluar.

Polisi masih berpikir untuk bertindak melihat kondisi I. Polisi berusaha membangunkan I tetapi ia tak merespon.

Di saat wabah pandemi Covid-19, semua pihak biasanya khawatir dengan keadaan pingsan.

Berbagai kejadian selama pandemi Corona seperti pengendara motor yang tergeletak di jalan, biasanya akan tertunda penanganannya lantaran memperhatikan protokol kesehatan.

Tak berapa lama, I sadar dan keluar dari mobil. Ia lalu duduk di teras gedung Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Depok.

Polisi telah mengelilinginya. Kemudian ia dibawa ke ruangan Reskrim Polres Depok menunggu proses selanjutnya.

Ina masih bersama dengan A. Ia sangat bersyukur A selamat dari kejahatan. A tampak tak bisa banyak bicara sejak Kompas.com temui di Komplek Sespima Polri.

Polisi sempat tawarkan selesai secara kekeluargaan

Akhirnya, Polres Depok menahan pelaku di penjara Polres Depok. Awalnya, polisi sempat menawarkan opsi membuat laporan pengaduan dan menyelesaikan secara kekeluargaan.

Jika membuat laporan, polisi akan menahan pelaku. Sementara, jika diselesaikan secara kekeluargaan, pelaku dikenakan wajib lapor.

Proses berlanjut dengan pembuatan laporan. A dan N dimintai keterangan oleh polisi didampingi orangtua.

Orangtua A dan N diminta menandatangani surat laporan. Proses hukum akan berlanjut.

Ina khawatir jika pelaku tak ditahan dan hanya wajib lapor, kejahatan bisa terulang.

Bukan pertama kali di Taman Merdeka

Kejadian penipuan seperti yang dialami A dan N pernah juga terjadi di Taman Merdeka. Waktu itu, korbannya adalah tetangganya.

“Di Taman Merdeka juga, anak tetangga dibawa keliling-keliling lalu diturunin di dekat rumahnya. Hilang handphone sama uang Rp 30.000,” ujar Ina.

Proses pelaporan selesai sekitar pukul 20.30 WIB. Ina dan A diperbolehkan untuk pulang ke rumah.

Pada Jumat (15/5) pukul 09.00 WIB, Ina diminta untuk hadir kembali untuk melengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Di ujung malam, sebuah unggahan hadir di Facebook almarhum ayah A yang telah berganti nama.

Unggahan tersebut tulisan permintaan maaf dari pihak keluarga Ina karena telah membuat panik dengan permintaan tolong penculikan A.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/15/05031981/kronologi-polisi-gadungan-diduga-culik-2-anak-di-depok-pura-pura-tindak

Terkini Lainnya

Bukan Transaksi Narkoba, 2 Pria yang Dikepung Warga Pesanggrahan Ternyata Mau ke Rumah Saudara

Bukan Transaksi Narkoba, 2 Pria yang Dikepung Warga Pesanggrahan Ternyata Mau ke Rumah Saudara

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibunuh 'Pelanggannya' karena Sakit Hati

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibunuh "Pelanggannya" karena Sakit Hati

Megapolitan
12 Perusahaan Setor Dividen 2023 ke Pemprov DKI, Nilainya Capai Rp 545,8 Miliar

12 Perusahaan Setor Dividen 2023 ke Pemprov DKI, Nilainya Capai Rp 545,8 Miliar

Megapolitan
Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng Positif Konsumsi Narkoba

Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng Positif Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Ada di Lokasi yang Sama, Anggota Polres Jaktim Mengaku Tak Tahu Rekan Sesama Polisi Pesta Sabu

Ada di Lokasi yang Sama, Anggota Polres Jaktim Mengaku Tak Tahu Rekan Sesama Polisi Pesta Sabu

Megapolitan
Warga Serpong Curhat Air PDAM Sering Tak Mengalir ke Perumahan

Warga Serpong Curhat Air PDAM Sering Tak Mengalir ke Perumahan

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Jadi Tersangka

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Jadi Tersangka

Megapolitan
Pipa PDAM Bocor, Warga Serpong Tak Dapat Air Bersih Berjam-jam

Pipa PDAM Bocor, Warga Serpong Tak Dapat Air Bersih Berjam-jam

Megapolitan
Antar Mobil Teman, Anggota Polres Jaktim Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi

Antar Mobil Teman, Anggota Polres Jaktim Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil di Kelapa Gading Bukan Dibunuh Kekasih, tapi Tewas Saat Berupaya Menggugurkan Janinnya

Wanita Hamil di Kelapa Gading Bukan Dibunuh Kekasih, tapi Tewas Saat Berupaya Menggugurkan Janinnya

Megapolitan
Dukcapil DKI Sebut Setiap Warga Terdampak Penonaktifan NIK Dapat Pemberitahuan

Dukcapil DKI Sebut Setiap Warga Terdampak Penonaktifan NIK Dapat Pemberitahuan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pria yang Minta THR dengan Peras Petugas Minimarket di Cengkareng

Polisi Tangkap Pria yang Minta THR dengan Peras Petugas Minimarket di Cengkareng

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Megapolitan
2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

Megapolitan
Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke