Salin Artikel

Paceklik bagi Ojek Kampus UI, Hilang Pemasukan Sejak Tak Ada Perkuliahan, Kini Dibantu Para Mahasiswa

Dengan begitu, praktis aktivitas perkuliahan di kampus tiada.

Selama itu pula, para ojek mitra kampus UI kehilangan pendapatan harian mereka. Ojek mitra kampus merupakan ojek pangkalan yang setiap hari mangkal di beberapa titik di dalam kampus UI yang luas.

Adi merupakan salah satu ojek mitra kampus UI yang mengaku terpukul akibat ditiadakannya perkuliahan di kampus.

Ditambah dengan pandemi Covid-19 yang menyebakan orang jarang pergi keluar rumah, pemasukannya pun terjun bebas.

"Tidak ada order. Untuk sementara ini, pascamahasiswa diliburkan, pemasukan saya benar-benar turun drastis. Bahkan bisa sama sekali tidak ada,” ujar Adi ketika dihubungi Kompas.com pada Selasa (19/5/2020) malam.

"Keluhan banyak. Kalau kita bisa teriak, kita teriak dengan kondisi seperti ini. Sekarang kan di rumah saja," imbuh dia.

Setiap hari, Adi harus menanggung nafkah untuk istri dan kedua putranya di rumah dengan pemasukan tak menentu.

Menurutnya, ini adalah periode terburuk kondisi finansialnya.

Menurut Adi, sepinya keadaan saat ini bahkan terasa jauh lebih buruk dibandingkan ketika kampus UI libur 3 bulan setiap tahun.

"Itu masih ada pemasukan, kan mahasiswa enggak semuanya pulang saat libur semester. Masih ada karyawan masuk. Sekarang karyawan juga tidak ada sama sekali," ungkapnya.

Dapur tak ngebul...

Adi menyebutkan, mati surinya kehidupan di kampus UI memaksanya memutar otak.

Ia sempat mencoba mencari penumpang di tempat-tempat lain dengan cara berkeliling Depok. Beberapa rekan sejawatnya pun sempat menjajal hal yang sama.

Akan tetapi, Adi malah kian tekor. Bensin habis untuk sekadar mencari penumpang, sedangkan yang dicari belum tentu ketemu.

“Kadang mereka keliling cari di luar, ya juga zonk juga. Saya coba juga zonk. Karena tertutup banget sudah,” ujar dia.

“Belum lagi kan PSBB tidak boleh sebetulnya kami ojek. Pernah sekali kena checkpoint, ya diberhentikan, penumpang diturunkan. Untung saat itu dengan kebijaksanaan, karena peraturannya masih baru, diizinkan lagi. Makanya kita kalau nyari penumpang keluar ke jalan raya, kita juga lihat-lihat dulu, ada daerah checkpoint apa enggak. Ya kucing-kucingan juga,” tutur Adi.

“Saya nekat, saya akui saat itu, walaupun bisa enggak dapat sama sekali saya tetap keluar. Pernah di jalan harus mendorong motor karena bensin habis dan tidak ada uang,” tambah dia.

Sulit dimungkiri, sektor pekerja informal memang kelompok yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19.

Bukankah ada uluran bantuan dari pemerintah? Adi menyampaikan, dari sekitar 80 ojek mitra kampus UI yang sehari-hari berbagi pangkalan dengannya, hanya 2-3 orang yang memperoleh bantuan sosial dari pemerintah.

Bukan hanya masalah kas yang terbatas dari pemerintah, melainkan soal sengkarut pendataan yang menjegal pekerja sektor informal sepertinya bisa mengakses bantuan sosial dengan mudah.

Dalam keadaan terpuruk, Adi ogah menyalahkan siapa pun.

Ia paham bahwa masalah ini merupakan lingkaran setan antara ketidakpatuhan masyarakat serta desakan ekonomi.

“Kadang ada bantuan, entah dari RT memikirkan kami, kadang mereka beri sembako juga, tapi kan tidak setiap hari. Oke lah dari kanan-kiri, tetangga, juga peduli, tapi kan enggak setiap hari,” ujar Adi.

“Kita enggak punya apa-apa ya teriak, ya sekali-sekali dibantuin. Kan kagak mungkin kita teriak setiap hari? Bahkan pernah sama sekali saya ‘enggak bisa masak’ (tidak ada bahan untuk dimasak) Saya pernah beberapa kali, karena memang kita mau mengeluh sama siapa,” tambah dia.

Adi menyebutkan, ia tak sendiri. Banyak rekan sejawatnya bahkan yang hanya bisa berpangku tangan di rumah, membantu usaha kecil-kecilan istrinya menjual panganan, atau mencari pekerjaan serabutan di luar seperti kuli bangunan.

Ia mengaku bersyukur, walaupun pemasukannya dari mengojek sudah nol, namun ia masih punya peran sebagai penjaga kost mahasiswa walaupun upahnya disunat karena beberapa mahasiswa telah pulang kampung.

“Saya mengandalkan dari jaga kosan saja, gaji saya sekarang hanya Rp 1 juta. Buat keperluan, tanggungan-tanggungan lain, motor saja masih kategori kredit. Belum untuk buka puasa, sahur, istri sudah mengeluh terus di rumah, tapi bagaimana?” kata dia.

“Boro-boro mikirin lebaran, bukannya saya sebagai kepala rumah tangga enggak mikirin. Tapi coba bayangkan, bagaimana (dengan eks ojek) yang emang enggak ada jaringan lain sama sekali?” tambahnya.

Dibantu mahasiswa

Keadaan para ojek mitra kampus UI menarik simpati sejumlah mahasiswa. Kolaborasi antara lembaga Nuansa Islam Mahasiswa (Salam) UI dan BEM UI rencananya akan memberikan bantuan untuk para ojek tadi, melalui program #tanganbaik.

“Mereka tidak ada pilihan menguntungkan. Apabila berada di rumah, mereka dihadapi dengan masalah kelaparan yang menghantui,” ujar Ketua pelaksana program tersebut, Saidina Malik kepada Kompas.com, Selasa.

“Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kebutuhan ojek mitra kampus dapat terpenuhi tanpa harus memaksa keluar bekerja, berisiko terpapar (Covid-19) dan menghadapi ketidakpastian,” sambung dia.

Ia menyebutkan, kurang lebih ada sekitar 163 ojek mitra kampus UI dari 12 pangkalan, yang hingga saat ini sudah terdaftar untuk diberikan bantuan sosial pada akhir pekan mendatang.

Bantuan tersebut berupa paket parsel hari raya berisi sembako senilai Rp 100.000 dan bantuan uang tunai, yang nominalnya bisa disesuaikan selaras jumlah donasi yang dihimpun melalui laman Kitabisa.com/harirayakita.

Dalam laman tersebut, tertera bahwa target donasi mencapai Rp 60 juta. Namun, hingga berita ini disusun, donasi yang terhimpun baru sekitar Rp 10 juta.

“Rencananya kita akan memberikan tanggal 22 Mei,” ujar Malik.

“Kita akan menyesuaikan dengan total donasinya. Kalau tidak mencapai target, terpaksa kapasitas (bantuan) kami kurangi,” tambah dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/20/04432101/paceklik-bagi-ojek-kampus-ui-hilang-pemasukan-sejak-tak-ada-perkuliahan

Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke