Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menyampaikan, red notice untuk Medlin diterbitkan pada 10 Desember 2019.
Medlin terakhir tiba di Indonesia pada November 2019 dari Dubai melalui Bandara Halim Perdanakusuma. Dia tiba di Indonesia menggunakan visa turis.
"Terakhir dia datang dari Dubai pada November 2019, belum ada red notice. Sejak tanggal 10 Desember, sejak adanya red notice yang dikeluarkan dari FBI kepada Indonesia melalui imigrasi, sejak itu status yang bersangkutan adalah buronan," kata Yusri kepada wartawan, Kamis (18/6/2020).
Medlin tahu dirinya menjadi buronan. Dia pun memilih tinggal di Indonesia untuk menghindari pengejaran FBI.
"Sejak itu (dikeluarkan red notice), yang bersangkutan takut, tidak keluar dari Indonesia karena kalau keluar akan ketahuan," ungkap Yusri.
Russ Albert Medlin ditangkap polisi pada Senin lalu di rumah kontrakannya di Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Penangkapan Medlin berawal dari kecurigaan warga sekitar karena mereka kerap menyaksikan beberapa anak perempuan di bawah umur keluar masuk rumah yang ditempati Medlin.
Hasil penyelidikan polisi mengungkap bahwa anak-anak yang kerap datang ke rumah Medlin merupakan anak-anak di bawah umur yang dibayar untuk memuaskan nafsu seks Medlin.
Atas perbuatannya, Medlin dijerat Pasal 76 D Juncto Pasal 81 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama 15 tahun.
Setelah diperiksa polisi, Medlin rupanya juga merupakan buronan FBI berdasarkan Red Notice-Interpol dengan control number: A-10017/11-2016, tanggal 04 November 2016 tentang informasi pencarian buronan Interpol United States yang diterbitkan pada tanggal 10 Desember 2019.
Berdasarkan Red Notice-Interpol tersebut, Medlin pernah melakukan penipuan sejumlah 722 juta dollar AS atau Rp 10,2 triliun dengan menggunakan modus penipuan investasi saham.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/06/18/18082841/russ-medlin-masuk-indonesia-sebelum-red-notice-diterbitkan-interpol