JAKARTA, KOMPAS.com - Kecamatan Menteng di Jakarta Pusat merupakan salah satu permukiman elite di Jakarta. Sejak zaman penjajahan, Belanda sudah berencana menjadikan area itu menjadi kota taman pertama di Indonesia.
Adalah perusahaan de Bouwploeg yang mulanya membangun Menteng menjadi kota taman seperti Minerva (laan) di Belanda. Hal ini diceritakan dalam buku berjudul "Batavia Kota Banjir" oleh Alwi Shahab.
Bouwpleng merupakan nama perusahaan real estate yang didirikan arsitek Pieter Adriaan Jacobus Moojen pada tahun 1879. Pada tahun 1920 sampai 1940-an, arsitek inilah yang membangun kawasan Menteng sebagai pemukiman modern pertama di Jakarta.
Nama perusahaaan de Bouwploeg oleh lidah Betawi dahulu disebut Boplo.
Perusahaan real estate pertama di Indonesia itu memiliki kantor yang dibangun di sebidang lahan di tengah dua jalur jalan yang kini bernama Jalan Cut Meutia. Namun, kini gedung Boplo tersebut menjadi Masjid Cut Mutia, Jakarta Pusat.
NV De Bouwploeg yang kala itu dipimpin oleh Pieter Adriaan Jacobus Moojen membangun Menteng. Berkat tangan Moojen, Menteng kala itu menjadi taman kota pertama meniru daerah Minerva (laan) di Amsterdam.
Ketika Menteng dibangun, perusahaan-perusahaan Belanda terutama yang bergerak di bidang perkebunan kala itu sedang menghadapi kejayaan. Bahkan pemilik modal dari Belanda dan Eropa pun banyak ke daerah Menteng. Untuk menampung pemilik modal dari Belanda dan Eropa maka dibangunlah Menteng yang sampai ini menjadi kawasan elite di Jakarta.
Seorang tokoh arsitek nomor satu Belanda ketika berkunjung ke Jakarta sebelum Perang Dunia II menyebut Menteng sebagai Europese burt (Kawasan Eropa) dan Minerva sebagai lingkungan yang chic (kelas tinggi).
Sesudah tahun 1918, bersamaan dengan meninggalnya si perancang, Bouwploeg atau Boplo dinyatakan bangkrut.
Gedung kantor perusahaan ini lalu digunakan sebagai kantor pos pembantu, kemudian menjadai tempat AL Jepang pada saat Perang Dunia II.
Sesudahnya dimanfaatkan oleh Staatspoorweg (jawatan Kereta Api masa Hindia Belanda). Setelah kemerdekaan pada tahun 1954, Bouwploeg ini digunakan sebagai perumahan kemudian sekertariat DPRGR dan MPR pada tahun 1964 dan Kantor Urusan Agama (KUA) yang sekaligus berfungsi sebagai masjid hingga saat ini.
Bahkan, Kawasan Menteng pada tahun 1970 dibanggakan sebbagai tempat tinggal diplomat, Menteri, dan presiden.
Namun, berbanding terbalik pada saat ini kawasan Menteng yang sudah banyak dibongkar. Lalu lintasnya pada pagi hingga malam di Kawasan Menteng juga macet. Bangunannya pun sudah campur aduk, berbeda dengan ketika masih tertata baik dan diisi dengan bangunan bergaya selaras satu sama lain.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/06/20/19340181/cikal-bakal-menteng-ambisi-belanda-punya-kota-taman-di-batavia