JAKARTA, KOMPAS.com - Putus asa dan harapan mewarnai pikiran sejumlah orangtua calon siswa di hari pertama Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta 2020 jalur prestasi.
Ada yang berharap anak kesayangannya bisa bersekolah di sekolah negeri dambaan hati. Bagi para orangtua semacam itu, masuk ke sekolah negeri adalah kebahagiaan yang hakiki. Namun, saat hal itu tak tercapai, kekecewaan pun muncul.
Linda W, terisak-isak bercerita tentang nasib anaknya yang berusia 15 tahun saat mengikuti PPDB DKI Jakarta 2020 jenjang SMA. Ia telah menyaksikan anaknya belajar hampir setiap hari untuk bisa masuk sekolah impiannya.
"Pengorbanan dia luar biasa. Naira (putrinya) bilang enggak keterima di SMA 8, SMA 54, lalu dia bagaimana, Naira mau gimana?," ujar Linda tersedu sedan lewat sambungan telepon.
Linda mencoba menenangkan diri. Ia coba tarik nafas dalam-dalam.
"Ya mudah-mudahan ini yang terbaik," ujar perempuan yang tinggal di bilangan Bukit Duri Selatan, Jakarta itu.
Ia mengaku tak mampu membiayai anaknya jika harus ke sekolah swasta.
Baginya, lebih baik menunggu PPDB tahun depan daripada ke sekolah swasta.
"Di dalam planning hidup saya, enggak ada rencana swasta," ujar Linda saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/7/2020).
Tampak ada beban berat ada di pundaknya. Apalagi, putra bungsunya juga tengah berjuang untuk masuk ke jalur PPDB DKI 2020 jenjang SMP.
"Saya sudah tanya teman-teman untuk sekolah swasta, mahal." tambahnya.
Linda juga ragu dengan sekolah swasta lainnya. Ia menimbang tentang akreditasi dan lingkungan sekolah yang reputasinya belum diakui.
"Terus terang saya takut pergaulannya di sekolah," ujar Linda.
Menunggu dan menunggu
Hingga Rabu sore kemarin sekitar pukul 15.00 WIB, Syahreza Pahlevi Ginting masih memantau data PPDB DKI 2020 jalur prestasi. Ia belum mendaftarkan anaknya ke sistem PPDB DKI Jakarta 2020.
"Mungkin nanti malam, atau besok," kata Reza.
Kesempatan untuk masuk sekolah negeri pilihan untuk anaknya kecil. Ia melihat total skor calon peserta didik baru lainnya lebih tinggi dan melebihi daya tampung jalur prestasi.
Sejak pagi dibuka pada Rabu pukul 08.00 WIB, ia hanya memantau data.
Kemarin pagi, ia juga harus menemani anaknya menempuh ujian online untuk masuk sekolah swasta.
Neny, orangtua lainnya mengaku kemarin belum mendaftarkan anaknya di jalur prestasi. Menurut dia, percuma mendaftarkan anaknya sekolah lewat jalur prestasi.
"Saya sudah lihat 115 sekolah SMA yang ada di DKI. Anak saya enggak masuk (masuk hanya di SMA 69 yang ada di Kepulauan Seribu)," ujar Neny, kemarin.
Anaknya berasal dari SMP 95 Jakarta Timur dan ingin bersekolah di SMA 77. Total skor anaknya untuk mendaftar jalur prestasi yaitu 7.647,5.
Kuota jalur prestasi juga dinilai sedikit sementara persaingannya ketat.
Para orangtua menyebutkan, siswa yang berasal dari sekolah negeri dan swasta di Jakarta, juga luar Jakarta, harus berebut bangku sekolah negeri dengan kuota sebesar 20 persen untuk jalur prestasi akademik
Terpental dan ketidakadilan penilaian
Terpental dari daftar sekolah pilihan adalah salah satu kenyataan berat yang dihadapi para orangtua.
"Nol menit sudah terpental. Baru daftar sudah terpental," kata Reno.
Naira, anak Linda pun langsung terpental dari SMA 8 dan 26 Jakarta. Di SMA 3, Naira sempat bertengger di daftar selama 10 menit kemudian terpental.
"Kami di rumah, lihat update PPBD bareng sama ayahnya, jadi tertawa saja," kata Linda.
Cepat terpentalnya calon peserta didik baru itu dinilai akibat seleksi yang tak adil. Sejumlah orangtua sepakat adanya disparitas akreditasi antara sekolah negeri dan swasta berpredikat "mahal" yang memberatkan calon peserta didik baru dari sekolah negeri.
"Tidak adil karena pengali akreditasi dengan nilai rapor di mana akreditasi swasta mahal tinggi pasti kalah sama itu untuk negeri-negeri," kata Reza.
Sekolah-sekolah negeri menurut pantauannya tak bagus secara akreditasi. Ada juga beberapa sekolah yang akreditasinya tidak update.
Dasar seleksi PPDB DKI Jakarta jalur prestasi akademik dinilai dari rata-rata nilai (mapel Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan IPS) rapor SMP/MTs kelas 7, 8, dan 9 semester 1 yang telah divalidasi dikali nilai akreditasi sekolah bagi calon peserta didik baru SMA / SMK.
Setiap sekolah memiliki nilai akreditasi yang beragam.
Sejumlah sekolah swasta memiliki nilai akreditasi 100 seperti SMP Labschool Jakarta, SMP Al-Azhar Jakarta, dan lainnya.
Hasil seleksi calon siswa peserta didik baru memiliki nilai rapor tinggi sama tetapi terdapat perbedaan nilai akreditasi sekolah akan jelas terlihat.
Di sini, akreditasi sekolah dianggap punya andil untuk mendongkrak skor untuk bersaing dengan siswa lainnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/02/06372041/curhat-orangtua-di-hari-pertama-ppdb-dki-jakarta-2020-jalur-prestasi