Salin Artikel

Kisah Anak Tukang AC Berprestasi tapi Gagal PPDB Tangerang, "Dipaksa" Cari Sekolah Swasta

Kali ini Afrizal Joni, teknisi pendingin ruangan (air conditioner) yang tinggal di Cipondoh, Kota Tangerang harus memikirkan biaya lebih agar putrinya bisa bersekolah di sekolah swasta.

Ini jalan terakhir yang bisa ditempuh Joni setelah putrinya dinyatakan tidak lolos dalam PPDB di SMAN 10 Tangerang.

Joni tak kuasa melihat putrinya menangis kecewa terhadap pengumuman kelulusan PPDB yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Provinsi Banten tersebut.

"Anak saya nangis-nangis, dia kecewa, sampai tanya ke saya 'salah saya apa pak?'," tutur Joni saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Rabu (8/7/2020).

Joni mengatakan, putrinya tersebut termasuk siswa yang cukup pintar. Dengan bangga, Joni mengatakan anaknya tak pernah keluar dari urutan 10 besar saat masih SMP.

Joni sempat protes, dia sudah banyak menempuh usaha agar putri sulungnya itu bisa bersekolah di sekolah negeri yang berjarak 800 meter dari rumah mereka itu.

Mulai dari mendatangi tokoh lingkungan, ketua RW dan mendatangi sekolah. Tapi semua angkat tangan, dan mengatakan keputusan sulit diubah karena merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi.

"Saya datang ke sekolah, tapi apa panitianya menghilang, saya hanya dihadap-hadapkan dengan satpam saja," kata dia.

Keinginan Joni untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri bukan tanpa alasan. Berprofesi sebagai teknisi AC, Joni merasa berat untuk membayar biaya yang ditawarkan di sekolah swasta.

Dia berharap di sekolah negeri, anaknya bisa mendapatkan keringanan biaya.

Ditawari Lolos dengan Uang 12 Juta

Joni juga mengaku saat dirinya datang ke sekolah untuk melakukan protes, ada orang tak dikenal menawarkan dia untuk lolos dengan cara membayar sejumlah uang.

Memang bukan dari panitia, kata dia, berseliweran orang-orang yang menawarkan dia untuk membayar sejumlah uang untuk memastikan anaknya bisa masuk SMAN 10 Tangerang.

"Dia bilang ada yang tawarin 12 juta kalau mau lolos, DP 5 juta," kata Joni.

Tapi jangankan untuk membayar dengan harga setinggi itu, niat awal masuk sekolah negeri saja untuk mendapat keringanan biaya, bukan untuk menambah biaya hingga Rp 12 juta.

Untuk tetap menghidupkan asa pendidikan anaknya, Joni akhirnya memberanikan diri untuk melangkah ke sekolah swasta di Kota Tangerang.

Di sekolah swasta, Joni diminta membayar uang pendaftaran sebesar Rp 4 juta. Karena besaran uang pendaftarn tersebut, Joni hanya mengambil formulir sambil memikirkan sekolah lain yang lebih bersahabat untuk keuangan keluarganya.

"Belum lagi iuran bulanan segala macam," keluh Joni.

Dia berharap, pemerintah bisa adil dengan orang-orang seperti Joni yang tak punya alasan untuk ditolak di sekolah negeri, baik dari sisi jarak maupun kemampuan finansial keluarganya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/08/16584601/kisah-anak-tukang-ac-berprestasi-tapi-gagal-ppdb-tangerang-dipaksa-cari

Terkini Lainnya

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Megapolitan
Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke