Salin Artikel

Pencabulan Anak oleh Pejabat Gereja di Depok: Cerita Orangtua Depresi, Minta Ikut Direhablitasi

Siang itu, Guntur habis menumpahkan isi kepalanya yang penuh oleh berbagai perasaan negatif. Langgam suaranya yang di awal perbincangan terdengar tabah, lama-kelamaan pudar juga. Ia marah, ia sedih, ia depresi.

Guntur merupakan ayah salah satu korban predator seksual anak, SPM, bulan lalu ditangkap polisi akibat mencabuli puluhan anak dalam kegiatan misdinar di Gereja Paroki Santo Herkulanus Depok, Jawa Barat.

Pencabulan itu sudah dilakukan SPM sejak awal tahun 2000-an. Sebagian korban saat ini sudah dewasa. Anak Guntur dicabuli pada kurun Januari hingga Maret 2020 lalu. Usianya baru menuju 13 tahun.

“Terima kasih sudah bersedia mengangkat kasus anak saya,” kata Guntur kepada Kompas.com.

“Ini sekaligus merupakan terapi juga buat diri saya. Jujur saja,” tambah dia.

Guntur mengakui bahwa ia manusia biasa. Sekuat-kuatnya ia bertahan, serangan trauma akibat insiden yang mendera anaknya terlalu digdaya untuk pertahanannya.

Tanggung jawab kepala keluarga

Guntur bekerja sebagai seorang sopir. Ia kerap mengantar barang hingga tengah malam.

Beberapa bulan terakhir, pekerjaannya terganggu karena ia harus sibuk mencari barang bukti untuk melaporkan SPM, predator seksual anak itu, ke kepolisian.

Sistem peradilan di Indonesia memang belum berpihak kepada korban kejahatan seksual. Sudah dilanda trauma, korban harus banting tulang mencari alat bukti untuk melaporkan pelaku ke polisi.

Padahal, kasus kejahatan seksual, kadangkala tidak meninggalkan jejak. Pada sistem saat ini, pengakuan korban semata belum cukup untuk mengirim predator seksual ke sel tahanan.

Guntur mengakui, ketika tengah melakoni pekerjaannya, ia mengakui, pertahanan dirinya kerap jebol. Sendirian di tengah malam, lamunan kerap mengantarnya pada imajinasi soal detik-detik anaknya diperlakukan kurang ajar oleh SPM di perpustakaan gereja.

Selama tiga bulan, anaknya mengalami macam kekerasan seksual. Pertama, kemaluannya dipegang-pegang. Tak berhenti sampai di sana, SPM bertindak sangat jauh.

Ia melakukan seks oral dan anal terhadap anak itu. Kemudian, ia menempelkan kemaluannya ke kemaluan korban, bahkan sampai klimaks.

“Di tengah malam, ketika saya mengirim barang dan saya teringat kelakuan dia terhadap anak saya, saya teriak di jalan. Itu sampai hari ini. Sampai saat ini saya masih mengalami kejadian dan momen seperti itu,” ungkap Guntur.

“Saya manusia. Ketika saya tidak kuat, di luar rumah, ya terjadi lah hal-hal seperti itu,” tambahnya dengan nada lirih.

Guntur menganggap dirinya ada di posisi yang pelik. Ia bertindak sebagai kepala keluarga. Dalam keluarganya, ia menganggap dirinya sebagai pilar bagi istri dan anaknya yang kini dirundung trauma.

Tanggung jawab itu selalu coba dipikul dengan baik oleh Guntur. Kendati kondisi mentalnya juga limbung atas apa yang menimpa anaknya, namun Guntur harus menguatkan anaknya.

Ia rajin menyampaikan pesan bernada semangat buat si bocah, terlebih setiap kali habis diperiksa polisi. Anaknya pasti mengalami trauma karena harus menceritakan ulang insiden kelam itu.

“Saya sampaikan ke anak saya, hal ini akan akan terus terjadi sampai selesai di pengadilan. Kamu harus kuat, sampai saya bilang, kamu belum waktunya untuk melupakan kejadian ini, karena keterangan dari kamu sangat dibutuhkan untuk memberatkan hukuman pelaku,” ungkap Guntur.

“Kalau kamu sampai lemah kasihan teman-teman kamu yang menjadi korban, nanti pelaku tidak dihukum berat. Sekarang ini kamu belum bisa lupakan. Kamu harus kuat agar pelaku terhukum berat,” ia menirukan pesan yang ia sampaikan ke anaknya.

Guntur mengaku, ia juga mesti terlihat tenang di hadapan istrinya. Bagaimana pun, istrinya adalah orangtua yang paling dekat dengan si anak. Istrinya pula yang berbincang empat mata saat pertama kali meminta pengakuan dari anaknya soal insiden kelam itu.

“Tidak mungkin kan, di depan anak saya, saya teriak-teriak seperti itu. Di depan keluarga kan saya harus kuat karena saya tiangnya mereka,” kata dia.

Berharap ikut direhabilitasi

Kasus ini sekarang sudah diproses oleh kepolisian. Anak Guntur mulai sering memperoleh rehabilitasi psikis dari berbagai lembaga, mulai dari polisi hingga psikolog yang didatangkan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.

Perlahan, situasi mental anak itu mulai kembali dari keterpurukan, walaupun masih sering dihantui trauma yang gelap. Hal itu dibutuhkan baginya untuk mengarungi masa depan yang masih panjang.

Guntur bersyukur mengenai itu. Namun, ia tak dapat membantah bahwa bukan hanya anaknya yang layak memperoleh rehabilitasi mental dan pulih dari trauma.

Ia tak malu mengakui bahwa dirinya pun butuh penanganan serupa.

Dibayangi rasa marah yang tak tergambarkan, ditambah harus berjibaku mencari barang bukti padahal merupakan korban, jelas membuat kondisi mentalnya limbung.

Itu belum menghitung rentetan cerita memilukan dari korban-korban lain yang akhirnya ikut buka suara setelah Guntur melaporkan SPM ke polisi.

Guntur bilang, ada korban yang usianya lebih belia dari anaknya, dan dicabuli dalam hitungan tahun, bukan lagi bulan.

Kejadiannya bisa di bermacam-macam tempat, mulai dari mobil dan rumah SPM, hingga di rumah korban sendiri.

Kejahatannya juga beragam, bahkan tak kalah hebat, ada beberapa yang sampai disodomi oleh predator seksual anak itu. Tak heran bila isi kepalanya kacau dan ia mengaku butuh direhabilitasi pula.

“Pemerintah dan orang-orang tidak pernah tahu. Dipikirnya, hanya korban saja yang butuh diterapi. Ini salah satu kelemahan juga (dalam sistem peradilan kejahatan seksual di Indonesia),” ungkap Guntur.

“Selama ini, hanya korban yang dipikirkan. Tidak pernah dipikirkan bagaimana bapaknya, ibunya, keluarganya,” imbuhnya.

“Saya juga perlu diterapi. Istri saya juga perlu diterapi.”

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/15/07174791/pencabulan-anak-oleh-pejabat-gereja-di-depok-cerita-orangtua-depresi

Terkini Lainnya

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke