Hal tersebut menanggapi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bekasi yang meminta Pemkot Bekasi menghentikan simulasi KBM tatap muka.
“Kita siap hentikan kalau emang tidak diizinkan dengan alasan yang dipertanggungjawabkan,” ujar Hadi saat dikonfirmasi, Kamis (6/8/2020).
Namun, Hadi mengatakan, hingga kini pihaknya belum menerima surat permintaan pemberhentian simulasi tatap muka dari Kemendikbud.
Ia mengatakan, pihak Pemkot saat ini tengah mengevaluasi pelaksanaan simulasi KBM tatap muka yang sudah berlangsung empat hari di Kota Bekasi.
Nantinya hasil evaluasi tersebut akan menjadi pertimbangan kelanjutan penyelenggaraan KBM tatap muka.
“Dan hari ini kami akan evaluasi hasil selama hampir seminggu pelaksanaan tatap muka,” tutur dia.
Sebelumnya, Kemendikbud mengirimkan surat kepada Pemkot Bekasi berisi permintaan agar Kota Bekasi segera menghentikan simulasi KBM tatap muka yang berjalan di enam sekolah.
Enam sekolah tersebut, yakni SMPN 2 Kota Bekasi, SMP Victory, SMP Nassa, SDN Pekayonjaya VI, SD Negeri Jaticempaka VI, dan SD Al Azhar VI.
“Kami sudah mengirimkan surat kepada Pemerintah Kota Bekasi untuk bisa menghentikan proses (KBM) itu,” ujar Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbud Jumeri saat dihubungi, Rabu (5/8/2020).
Jumeri mengatakan, Kota Bekasi saat ini masih berada dalam zona oranye.
Sementara dalam aturan SKB 4 Menteri disebutkan bahwa sekolah akan diizinkan melangsungkan KBM tatap muka dengan syarat wilayahnya berada dalam zona hijau atau bebas Covid-19.
Ia berujar, sebenarnya sekolah sah-sah saja untuk gelar simulasi. Namun, kata Jumeri, simulasi biasanya hanya dilakukan tiga atau dua hari.
Sementara simulasi KBM tatap muka di Bekasi bakal berlangsung hingga 28 Agustus.
Kepala Sekolah SMPN 02 Bekasi, Samsu sebelumnya memastikan guru-guru yang mengajar dengan metode pembelajaran tatap muka bebas dari Covid-19.
Salah satu persyaratan untuk mengajar tatap muka adalah telah melakukan rapid test dengan dibuktikan adanya surat bebas Covid-19.
Ia mengatakan, tak semua guru mengajar di sekolah. Beberapa guru yang punya penyakit bawaan dan hamil diperbolehkan untuk bekerja di rumah.
Pihaknya telah membagi jadwal guru untuk mengajar secara daring maupun tatap muka, sehingga seluruh murid di SMPN 02 bisa mengikuti dua metode pembelajaran yang dibentuk oleh sekolah.
Samsu juga meyakinkan sistem pembelajaran tatap muka ini tak akan menghilangkan pembelajaran murid secara daring.
Menurut dia, setiap siswa memiliki pilihan untuk belajar. Ia juga tak memaksakan orangtua murid untuk mengizinkan anaknya belajar tatap muka.
Murid yang belajar di sekolah harus mendapat izin dari orangtua.
Sebagai informasi, kelas VII ada 67 persen orangtuanya yang diizinkan belajar tatap muka, kelas VIII ada 16 persen yang diizinkan belajar tatap muka, dan kelas IX ada 17 persen yang diizinkan.
“Tidak dipaksakan, jadi yang tidak diizinkan tatap muka bisa belajar secara daring,” tambah dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/06/16023911/kemendikbud-minta-simulasi-kbm-tatap-muka-dihentikan-ini-respons-pemkot