Salin Artikel

Kasus Harian Tembus 1.000 dan Klaim Pemprov DKI Penanganan Covid-19 Terkendali

Selama dua hari berturut-turut, yakni 30 dan 31 Agustus, penambahan kasus positif Covid-19 di Ibu Kota melampaui angka 1.000.

Artinya, tercatat lonjakan kasus tertinggi sejak ditemukan kasus pertama Covid-19 di Jakarta pada Maret 2020 lalu.

Berikut penambahan kasus positif Covid-19 di Jakarta dalam sepekan terakhir yang menunjukkan lonjakan pesat dibanding bulan-bulan sebelumnya:

• 24 Agustus: bertambah 659 menjadi 34.295 kasus

• 25 Agustus : bertambah 636 menjadi 34.931 kasus

• 26 Agustus : bertambah 711 menjadi 35.642 kasus

• 27 Agustus : bertambah 820 menjadi 36.642 kasus

• 28 Agustus : bertambah 816 menjadi 37.278 kasus

• 29 Agustus : bertambah 888 menjadi 38.166 kasus

• 30 Agustus : bertambah 1.114 menjadi 39.280 kasus

• 31 Agustus : bertambah 1.029 menjadi 40.309 kasus

Seluruh Kota di Jakarta berstatus zona merah

Berdasarkan laporan pemetaan wilayah pada laman https://covid19.go.id/peta-risiko hingga 23 Agustus, seluruh kota di DKI Jakarta, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur masuk kategori zona merah.

Sementara itu, Kepulauan Seribu masih masuk kategori zona oranye Covid-19.

Padahal pada pekan sebelumnya, Jakarta Selatan masih masuk zona oranye Covid-19.

Perlu diketahui, zona merah artinya kabupaten/kota dengan tingkat risiko penyebaran Covid-19 yang tinggi.

Sedangkan zona oranye artinya kabupaten/kota dengan tingkat risiko penyebaran sedang.

Pada zona merah Covid-19, pemerintah wajib menutup sekolah, tempat ibadah, dan perkantoran serta membatasi perjalanan warga untuk berkegiatan di luar rumah.

Pemerintah juga memberlakukan lockdown (karantina) bagi komunitas yang telah terinfeksi Covid-19 dan mengimbau masyarakat tetap berada di rumah.

Seiring dengan pemberlakukan karantina, pemerintah melacak dan menerapkan karantina mandiri bagi mereka yang pernah terlibat kontak dengan pasien positif Covid-19.

Kemudian, kebijakan yang diterapkan pada zona oranye, yakni mengimbau masyarakat menerapkan protokol kesehatan, menunda atau membatalkan pertemuan dan acara yang tidak penting.

Klaim penanganan Covid-19 masih terkendali

Ketika ditanya terkait lonjakan kasus positif Covid-19, pemerintah provinsi DKI Jakarta selalu berdalih penyebabnya adalah testing masif.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahkan meminta warga tak khawatir melihat lonjakan kasus Covid-19 di Ibu Kota.

Menurut Anies, lonjakan kasus itu menunjukkan Pemprov DKI mampu melacak keberadaan pasien Covid-19 sejak dini untuk diberikan perawatan.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga secara tegas menyampaikan penanganan pandemi Covid-19 masih terkendali.

"Ini menggambarkan bahwa aktivitas testing masif yang kita lakukan membuat kita bisa testing kasus secara dini. Sehingga mereka yang memiliki penyakit bawaan atau mereka yang mempunyai risiko fatal karena usia dan lain-lain, mereka bisa dilakukan isolasi dini atau dirawat," kata Anies ketika memberikan sambutan dalam webinar di Youtube SDGs Jakarta, Senin.

Anies melanjutkan, indikator lainnya yang menunjukkan penangananan kasus masih terkendali adalah tingkat kematian Covid-19 rendah dan tercatat penurunan kasus aktif.

"Meskipun angka kasus baru naik, bila jumlah kasus aktif menurun dan bila angka kematian rendah, artinya penanganan relatif terkendali," katanya.

Anies memaparkan, angka kematian di Ibu Kota lebih rendah dibanding angka kematian nasional dan global dalam sepekan terakhir.

Angka kematian akibat Covid-19 di DKI dalam sepekan terakhir adalah 3 persen. Sementara itu, angka kematian nasional adalah 4,3 persen dan secara global adalah 3,4 persen.

"Indonesia tanpa Jakarta, bila Jakarta dikeluarkan, maka case fatality rate 4,7 persen," ungkap Anies.

Sindir warga yang tak pakai masker

Anies mengakui kesulitan mengimbau warga untuk menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.

Bahkan, dia menyindir para karyawan perkantoran yang tidak menggunakan masker saat berbincang bersama sesama rekan karyawan.

Padahal, kata Anies, risiko penularan Covid-19 menjadi lebih tinggi ketika tak menggunakan masker.

"Kita terbiasa menggunakan masker, tapi begitu sampai kantor malah lepas masker. Bila mengobrol, diskusi, dan lepas masker, ya otomatis secara teori potensi penularan jadi lebih tinggi," ujar Anies.

Oleh karena itu, Anies kembali menekankan pentingnya menjalankan protokol kesehatan guna menekan angka penularan Covid-19 di Ibu Kota.

Dia menyampaikan, pemerintah provinsi DKI Jakarta tidak dapat bekerja sendiri guna menghadapi pandemi Covid-19.

Pemprov DKI akan melaksanakan kewajibannya sebagai pemangku kebijakan, yakni melakukan testing secara masif, tracing, isolasi atau merawat pasien Covid-19.

Sementara itu, kebiasaan memakai masker, menjaga jarak, dan rutin mencuci tangan saat berakvitas di luar rumah harus dijadikan budaya baru warga DKI.

"Kebiasan-kebiasaan ini harus dimunculkan dan bisa jadi satu kesadaran bersama untuk bisa membangun proses pendisiplinan di berbagai tempat. Sehingga benar-benar apa yang diajarkan, yaitu 3M itu bisa menjadi kebiasaan. Setelah menjadi kebiasaan, itu menjadi budaya baru," ujarnya.

Walaupun dia telah mengklaim penanganan kasus Covid-19 masih terkendali, Anies mengakui masih memiliki pekerjaan rumah untuk membuat zero active cases Covid-19 di Ibu Kota.

Anies menyampaikan, penanganan pandemi Covid-19 baru bisa dikatakan berhasil apabila tidak ada lagi warga di Ibu Kota yang terpapar Covid-19.

"Ini belum selesai, kita masih punya PR untuk menuntaskan sampai betul-betul zero active cases (nol kasus Covid-19). Itu baru namanya selesai. Tapi track-nya, track yang Insha Allah menuju track yang benar," ucap Anies.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/01/07025001/kasus-harian-tembus-1000-dan-klaim-pemprov-dki-penanganan-covid-19

Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke