Mendiang Jakob selama hidupnya dikenal atas kiprahnya yang luar biasa dalam dunia pers melalui Harian Kompas.
Sindhunata, yang juga pernah terlibat di Kompas, ingat betul bagaimana Jakob Oetama bekerja keras mengasuh rekan kerja dan anak buahnya.
Mendiang adalah orang yang bekerja bukan untuk kekayaan material.
"Kalaupun Pak Jakob kaya, kekayaan itu bukanlah target hidupnya. Kekayaan adalah buah dari kesederhanaannya," kata Sindhunata.
Romo Sindhu menambahkan, Jakob Oetama merupakan pribadi yang selalu gelisah.
Bukan dalam arti gundah, namun gelisah karena Jakob menganggap koran yang ia tukangi belum mampu mencapai apa yang Jakob dambakan.
Bahkan, Sindhu pernah mencetuskan istilah Kompas sebagai "sekolah dosa".
Jakob disebut suka dengan istilah itu, karena menggambarkan betul betapa dalam perjuangan berat membesut Kompas, mereka tersaruk ke dalam kesalahan, untuk kemudian bangkit lagi.
Menurut Sindhunata, Jakob punya asa, Kompas dapat turut berkiprah membangun bangsa Indonesia. Di dalamnya, para karyawan Kompas juga bisa sejahtera.
"Ia belum berhenti gelisah sejauh Kompas belum belum benar-benar menjadi koran yang bisa ikut membangun bangsa," kata Sindhu.
"Ia gelisah, sejauh karyawan-karyawannya belum sejahtera seperti yang diimpikannya," ucap Sindhu.
Jakob Oetama rencananya akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata hari ini.
Jenazahnya akan diserahterimakan kepada negara melalui Ketua MPR.
Jakob Oetama (88) meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (9/9/2020) pukul 13.05 WIB.
Ia dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading sejak 22 Agustus 2020. Ia masuk rumah sakit dalam keadaan kritis dan mengalami gangguan multiorgan.
Kondisi Jakob Oetama sempat membaik di tengah perawatan. Namun, karena faktor usia dan penyakit komorbid, kondisi Jakob Oetama memburuk dan akhirnya meninggal dunia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/10/11183521/jakob-oetama-gelisah-jika-karyawannya-belum-sejahtera-seperti-yang-ia