Salin Artikel

Dirumahkan karena Pandemi, Pasangan Ini Raup Belasan Juta Rupiah dari Bisnis Tanaman Hias

Hobi yang ditekuni dapat menjadi salah satu sumber pendapatan. Bahkan, bisa berkali-kali lipat dibanding gajinya.

Seperti yang terjadi pada pasangan suami-istri Josh (30) dan Deli (26) asal Jakarta Barat yang kini fokus berbisnis jual-beli tanaman hias, terutama Monstera.

Josh berkisah, saat pandemi melanda, dia menjadi salah satu pekerja yang dirumahkan oleh perusahaannya.

"Saya sendiri sebetulnya dirumahkan dari perusahaan saya," kata Josh kepada Kompas.com, Rabu (30/9/2020).

Josh bercerita, dia adalah pencinta tanaman, khususnya tanaman hias. Ia lalu mencoba menekuni hobinya itu untuk dijadikan bisnis.

Bersama dengan istrinya, Josh mulai memasarkan tanaman hias melalui akun Instagram @jualmonsterajakarta, sejak Juni 2020.

Tanaman yang dijual, mereka peroleh dari petani. Tak disangka, bisnis ini membuahkan hasil.

Banyak konsumen yang tertarik untuk ikut mengoleksi tanaman hias, khususnya monstera.

Hal inilah yang membuat ia fokus mengembangkan usahanya. Selain monstera, pasangan ini juga menawarkan tanaman jenis lainnya.

Laku 5-7 pohon dalam sehari

Josh mengaku, dalam sehari dia bisa menjual 5-7 tanaman. Konsumennya sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

"Konsumen kami sudah sampai ke Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, NTT, sampai ke Papua," tutur dia

Dari bisnis itu, pasangan ini bisa meraup pendapatan bersih rata-rata Rp 12 juta-Rp 15 juta dalam satu bulan.

Angka ini, menurut Josh, bisa mencapai 2-3 kali gajinya saat masih bekerja di perusahaan dulu.

"Ternyata bisa 2-3 kali lipat dari gaji saya di kantor bisa saya peroleh dari penjualan tanaman ini. Jadi akhirnya saya lebih fokus di sini," kata dia.

Deli mengaku, ia dan suaminya hanya melakukan promosi melalui Instagram. Pelanggan yang tertarik, biasanya langsung menghubungi lewat fitur direct message maupun kontak WhatsApp.

Selama tiga bulan beroperasi, toko daring milik suami-istri ini sudah diikuti oleh lebih dari 1.000 followers.

Mereka mengaku, tidak melakukan endorse. Konsumen yang datang, biasanya mengetahuinya lewat fitur pencarian di Instagram.

"Nama kami ada Monstera-nya. Jadi orang nyari Monstera, akun kami sudah di urutan paling atas," ucap Deli.

Suka-duka berbisnis tanaman hias

Deli menceritakan suka-duka berbisnis tanaman hias. Dia merasa puas jika pembeli suka dengan produk yang mereka hasilkan.

"Dukanya paling misalkan dari sini diantar dengan kurir, sampai di jalan, namanya di jalan kena angin, daunnya jadi robek karena angin," kata Deli.

Pengalaman pahit lain, ada juga pelanggan yang protes lantaran merasa tanaman yang dikirim tidak sesuai dengan gambar di akun Instagram.

Untuk itu, Deli dan suaminya juga menyediakan video mengenai kondisi setiap tanaman yang ada.

Lalu bagaimana dengan pingiriman tanaman?

Deli mengatakan, untuk konsumen yang masih bisa dijangkau, pengiriman melalui kurir atau ojek online. Pembeli juga dapat mengambil sendiri.

Sedangkan setiap tanaman yang akan dikirim ke luar kota diperlakukan berbeda.

Awalnya mereka akan menanyakan kesediaan dan permintaan konsumen mengenai metode pengiriman. Konsumen biasanya bisa memilih tanaman dikirim dengan pot atau tanpa pot.

Mereka juga menyediakan media tanam serta persediaan makanan untuk 3-5 hari hingga tiba ke tempat tujuan.

"Media tanamnya dibungkus dulu dikasih koran, lalu kami lakban supaya enggak tumpah. Baru kalau seperti tanaman monstera, daunnya kami ikat dulu batangnya supaya dia enggak mencar, Setelah itu baru kami bungkus pakai karton," kata Deli.

Popularitas Monstera

Josh menceritakan, alasan utama mengapa monstera booming lantaran ada kabar mengenai seorang petani di daerah Bogor yang berhasil menjual tanaman jenis Monstera Adansonii Variegata atau yang dikenal dengan nama janda bolong dengan harga mencapai Rp 120 juta.

Sejak saat itu, menurut dia, popularitas tanaman monstera mulai meningkat.

"Tadinya monstera jenisnya masih sangat langka di Indonesia. Nah dia punya jenis Variegata. Kemudian ada orang Jepang beli tanamannya sekitar 120 juta, hanya 6 daun," kata Josh.

Tanaman ini menjadi yang paling mahal di jenisnya karena terdapat kombinasi warna, yakni putih dan hijau pada daunnya.

Semakin banyak warna putih pada daun, maka bisa dipastikan harganya semakin melambung.

Untuk jenis ini, Deli menuturkan, harga termurah untuk bibit atau tanaman dengan dua daun mencapai Rp 2 juta-Rp 3 juta.

Setelah beberapa waktu, bibit tanaman yang tumbuh dengan baik bisa dijual hingga Rp 5 juta.

Ada beberapa kondisi yang menentukan mahal tidaknya tanaman monstera. Pertama adalah kondisi daunnya.

Daun monstera yang baik, biasanya terdapat lubang-lubang yang menjadi ciri khasnya. Kemudian, kondisi akar juga haruslah kuat.

Saat ini Josh dan Deli menjual jenis Monstera Deliciosa dan Monstera Borsigiana. Jenis Monstera Borsigiana, merupakan tanaman yang paling murah. Pertumbuhannya lebih cepat dibanding jenis Monstera lain.

"Kalau Monstera Borsigiana lebih kecil batangnya, lebih cepet banyak daunnya juga. Karena merambat lebih cepat, bisa diperbanyak lebih cepat," ujar Josh.

Sedangkan untuk jenis Monstera Deliciosa, harganya lebih mahal dibanding Borsigiana, karena pertumbuhan daunnya yang lebih lama.

"Dia tumbuh daun sekitar satu dalam tiga bulan," tutur dia.

Deli menambahkan, tanaman ini bisa bertahan hingga beberapa tahun dengan catatan, pemilik harus merawatnya dengan benar.

Perawatan tersebut meliputi penggantian pot, penggantian media tanam, teknik penyiraman, hingga penyimpanan tanaman.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/01/05500061/dirumahkan-karena-pandemi-pasangan-ini-raup-belasan-juta-rupiah-dari

Terkini Lainnya

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Megapolitan
Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Megapolitan
4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Megapolitan
Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke