Salin Artikel

Masalah Penyaluran Bansos DKI, Tak Sesuai Kebutuhan hingga Warga Lebih Butuh Uang Tunai

JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi Pemantau Bantuan Sosial (Bansos) Jakarta menjabarkan tiga masalah yang terjadi dalam penyaluran bansos dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun Pemerintah Pusat untuk warga terdampak Covid-19 di Ibu Kota.

Anggota koalisi dari Perkumpulan Inisiatif Ari Nurman menyebutkan, masalah pertama adalah terkait jumlah bansos.

Berdasarkan data Koalisi Pemantau Bansos, 70,16 persen responden survei dapat menghabiskan bansos dalam waktu kurang dari seminggu.

Padahal bansos biasanya disalurkan untuk kebutuhan selama dua minggu hingga satu bulan.

"Sebagian besar bansos sedikit jumlahnya, sehingga penerima menyatakan bansos yang mereka terima habis dalam waktu kurang dari seminggu," ucap Ari dalam diskusi virtual, Jumat (2/10/2020).

Kemudian bansos milik 17,4 persen responden dikonsumsi selama 1 hingga 2 minggu. Sedangkan 1,7 persen responden menghabiskan bansos lebih dari dua minggu.

Yang terakhir, 0,75 persen responden menghabiskan bansos hanya dalam waktu 1 hingga 2 hari.

Ari berujar, ada dua faktor yang menyebabkan bansos pemerintah cepat habis. Pertama, isi bantuan sedikit.

Yang kedua adalah anggota keluarga penerima bantuan banyak, sehingga tak sebanding dengan jumlah bansos yang diterima.

Masalah kedua yang ditemukan Koalisi Pemantau Bansos adalah dari aspek jenis bantuan berupa sembako. Warga disebut lebih memilih bantuan uang ketimbang sembako.

"Bantuan tidak disalurkan dalam bentuk barang, tapi dalam bentuk cash, transfer ke rekening penerima seperti halnya praktek PKH (Program Keluarga Harapan) dan beberapa program perlindungan sosial lainnya," ujar dia.

Ketiga, isi bansos disebut tidak sesuai dengan kebutuhan di tengah pandemi Covid-19.

Sembako pemerintah, tidak memenuhi kebutuhan warga untuk menjaga kebersihan dan meningkatkan imunitas.

Salah satunya karena pemerintah hanya memberikan satu sabun mandi serta tidak ada asupan vitamin.

"Isinya itu ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan pandemi. Jadi minimal, untuk sanitasi, ternyata hanya mendapat satu sabun mandi, itu untuk satu masa bansos, dan itu dipakai untuk satu keluarga, terus terang enggak cukup," terangnya.

Tujuan imunitas tidak tercapai, karena yang diberikan makanan karbohidrat, lemak, dan sedikit protein. Minimal ada vitamin, tapi ini tidak ada," tambah Ari.

Koalisi Pemantau Bansos melakukan survei berupa pemantauan penyaluran bansos di DKI Jakarta.

Ada tiga tahap pemantauan, yaitu saat bansos tahap 1 (30 April-13 Mei), bansos tahap 2 (13-23 Juni), dan bansos tahap 4 (24 Juli-10 Agustus). Dari pemantauan ini didapati total 4.419 responden.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/02/20371651/masalah-penyaluran-bansos-dki-tak-sesuai-kebutuhan-hingga-warga-lebih

Terkini Lainnya

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Maju-Mundur Pedagang Jual Foto Prabowo-Gibran: Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Maju-Mundur Pedagang Jual Foto Prabowo-Gibran: Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke