Akibat hujan itu, sejumlah permukiman dan jalan di Ibu Kota digenangi banjir setinggi 10 hingga 150 sentimeter. Padahal, saat ini Jakarta masih dalam masa pancaroba.
Sejumlah RT tergenang
Selain karena hujan lokal yang deras, banjir di sejumlah wilayah pada 21 September lalu juga akibat banjir kiriman dari wilayah Bogor yang menyebabkan Sungai Ciliwung meluap.
Saat itu, Bendungan Katulampa, Bogor, Jawa Barat berstatus siaga 1 dengan tinggi muka air (TMA) mencapai 240 cm. Dampak hujan lokal dan banjir kiriman dari Bogor tersebut, setidaknya 49 wilayah rukun tetangga (RT) di DKI Jakarta terendam.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Mohammad Insaf mengatakan, ada 14 RT di Jakarta Barat yang teredam banjir dengan ketinggian 10 sampai dengan 80 cm.
Selain ada 10 RT di Jakarta Selatan dengan ketinggian 10 sampai dengan 40 cm, 23 RT di Jakarta Timur dengan ketinggian 10 sampai dengan 100 cm, di Jakarta Utara 1 RT dengan ketinggian air 20 sampai dengan 50 cm, dan di Jakarta Pusat 1 RT dengan ketinggian 20 cm.
Banjir juga menggenangi sejumlah titik pada Senin kemarin, akibat hujan deras sehari sebelumnya. Sedikitnya 92 RT terendam hingga Senin siang.
Demikian berdasarkan data BPBD DKI Jakarta, pada pukul 10.00 WIB kemarin.
"Di Jakarta Selatan ada 26 RT, di Jakarta Timur 64 RT tergenang, dan 2 RT di Jakarta Barat masih tergenang," kata Insaf dalam keterangannya kemarin.
Banjir di tengah pandemi Covid-19
Jakarta dilanda banjir memang sudah biasa. Namun kali ini banjir terjadi di tengah pandemi Covid-19.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menyiapkan prosedur yang berbeda di lokasi pengungsian banjir dengan adanya pandemi Covid-19.
Ia mengatakan, saat kondisi normal satu tenda bisa digunakan beramai-ramai. Namun karena pandemi Covid-19, tenda untuk pengungsi akan didirikan dalam jumlah banyak agar masyarakat yang terdampak banjir tidak berkerumun dalam satu tenda.
"Kami siapkan prosedur untuk, satu evakuasi, dua adalah tempat pengungsian, mengikuti protokol kesehatan. Jadi di tempat-tempat yang biasanya hanya dipasang satu tenda, maka kali ini nanti tendanya harus lebih banyak lagi," kata Anies pada 30 September lalu.
Menurut Anies, tenda pengungsian harus didirikan dalam jumlah banyak agar warga yang terimbas banjir tetap bisa menjalankan protokol kesehatan dan tidak terpapar Covid-19.
"Supaya jumlah mereka yang berada di dalam satu tenda itu mengikuti ketentuan protokol kesehatan dan... sekarang sudah disiapkan mudah-mudahan tidak kejadian. Tetapi kalau kejadian kami siapkan dengan protokol kesehatan," ujar dia.
Anies menyatakan, Pemprov DKI terus berupaya mengendalikan banjir. Saat banjir pada minggu lalu, ia mengklaim Pemprov DKI mampu mengendalikan air kiriman dari Bogor.
"Pekan lalu sempat ada warning dari Katulampa, ketika terjadi peninggian permukaan air di bendung Katulampa. Alhamdulillah kondisinya terkendali, sehingga Jakarta terbebas dari ancaman banjir pada pekan lalu, mudah-mudahan ke depan kami bisa terus diberi kemudahan untuk mengerjakan ini semua," ujar Anies.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/06/09214311/masih-musim-pancaroba-jakarta-sudah-2-kali-dilanda-banjir