Kuasa Hukum serta perwakilan warga Sabang, Nasatya Danisworo mengatakan, keberatan warga beralasan.
Pertama, warga khawatir akan penularan Covid-19. Apalagi, wilayah Sabang merupakan area wisata kuliner.
"Dan Sabang ini kan kawasan kuliner, nanti bagaimana kalau masyarakat luar Sabang takut gara-gara ada fasilitas isolasi," ujar Nasatya.
Warga juga merasa tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Nasatya berujar, warga hanya pernah diberitahu bawha ada salah satu hotel yang akan dijadikan fasilitas isolasi mandiri untuk pasien Covid-19.
Dia mengemukakan, pada tanggal 2 Oktober 2020, warga diundang untuk sosialisasi. Namun pada hari itu juga, mereka mengetahui bahwa pada tanggal 5 Oktober 2020, hotel tersebut sudah beroperasi sebagai lokasi isolasi.
Hal itu yang membuat warga akhirnya melayangkan protes.
"Jadi jarak cuma sekitar tiga hari mau digunakan, akhirnya warga bergerak. Pertama mengajukan keberatan ke Gubernur," ujar Nasatya.
Akan tetapi setelah melayangkan keberatan, warga tidak mendapatkan tanggapan. Nasatya menuturkan, Gubernur waktu itu menjelaskan bahwa alih fungsi hotel menjadi lokasi isolasi mandiri pasien Covid-19 merupakan program pemerintah pusat.
Setelah itu, warga melayangkan surat ke Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hingga Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
"Akhirnya kami kirim surat lagi. Ada dari Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Kemenkes, Kemenparekraf, dan Gubernur. Kami ajukan lagi pada tanggal 9 Oktober 2020, kami ajukan protes," ujar dia.
Sebelumnya, warga dan pihak-pihak terkait telah melakukan pertemuan. Akan tetapi pertemuan tersebut belum mencapai titik temu.
Nasatya mengatakan, pihaknya masih akan menunggu langkah apa yang akan ditempuh oleh pemerintah.
"Jadi nanti kami akan coba koordinasi masyarakat Sabang, kami tunggu saja hasilnya," kata dia.
Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sudin Parekraf) Jakarta Pusat, Irwan sebelumnya mengatakan, warga menolak alih fungsi hotel menjadi lokasi isolasi mandiri bagi pasien Covid-19 tanpa gejala.
Ada dua hotel yang ditolak oleh warga. Pertama adalah Max One Sabang yang telah digunakan sebagai lokasi isolasi mandiri dan Triniti Hotel.
Menurut Irwan, protes dilayangkan oleh warga Sabang sebab lokasi hotel berdekatan dengan area kuliner. Triniti Hotel hingga saat ini masih belum terisi pasien Covid-19.
Kasus Covid-19 di DKI Jakarta bertambah 971 pasien pada hari ini. Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Ibu Kota sejak Maret hingga saat ini menjadi 94.327 kasus.
Dari jumlah total tersebut, yang dinyatakan telah sembuh sebanyak 79.136 dengan tingkat kesembuhan 83,9 persen. Pasien yang meninggal duani 2.051 orang. Sementara jumlah kasus aktif sampai saat ini sebanyak 13.140 kasus.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/18/20582011/ini-alasan-warga-sabang-tolak-hotel-jadi-tempat-isolasi-pasien-covid-19