Salin Artikel

Seputar Demo 20 Oktober di Jakarta: Soroti Setahun Jokowi-Ma'ruf, Bubar Tanpa Bentrokan

Aksi tolak UU Cipta Kerja dihadiri sedikitnya 2.150 demonstran, sebagian besar merupakan elemen buruh sedangkan sisanya merupakan mahasiswa yang utamanya tergabung dalam aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI).

Selain menuntut agar undang-undang kontroversial itu segera dicabut, demonstrasi kemarin juga sekaligus momen peringatan setahun pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Berikut Kompas.com merangkum sejumlah hal mengenai demonstrasi kemarin:

1. Jokowi lagi-lagi tak temui demonstran

Setelah dikritik karena melawat ke Kalimantan Tengah untuk menengok kawasan lumbung pangan pada demonstrasi besar 8 Oktober lalu, Presiden RI Joko Widodo kembali jadi sorotan karena lagi-lagi tak berada di Istana Negara kemarin.

Ketika buruh dan mahasiswa kembali unjuk rasa dalam jumlah besar serta berharap dapat menemuinya untuk menyampaikan langsung aspirasi mereka, Jokowi pilih berkantor di Istana Bogor. Ia menjamu Perdana Menteri Jepang, Suga Yoshihide dan istrinya Suga Mariko.

2. Sorotan mahasiswa atas 1 tahun kepemimpinan Jokowi-Ma’ruf

Koordinator Pusat Aliansi BEM SI Remy menyinggung bahwa Indonesia seperti layaknya negeri dongeng dalam satu tahun masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

"Negara telah gagal mengelola ini. Dalam satu tahun Jokowi, ini mengisyaratkan negeri ini seperti negeri dongeng," kata Remy dalam orasinya di atas mobil pickup.

Melalui orasi, aliansi BEM SI juga menyampaikan berbagai permasalahan selama satu tahun kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf, salah satunya soal permasalahan agrarian.

"Ada sekitar 700 kasus permasalahan agraria yang belum selesai," ujar Remy.

Bukan hanya Undang-Undang Cipta Kerja, banyak masalah yang terjadi dalam kepengurusan Presiden Jokowi. Menteri Pendidikan dari kemarin tidak bolehkan demo dengan alasan physical distancing," katanya.

Lebih dari itu, mahasiswa mengultimatum Jokowi agar segera menerbitkan Perppu untuk membatalkan UU Cipta Kerja. Apabila ultimatum itu tak diindahkan Jokowi, mahasiswa menyebut akan ada gerakan massa yang lebih besar dari saat ini.

"Apabila tidak dapat melakukan hal tersebut dalam jangka waktu 8x24 jam sejak ultimatum ini dikeluarkan, maka kami memastikan akan adanya gerakan besar dari mahasiswa seluruh Indonesia yang membuat kegentingan nasional tepat pada Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2020," kata Remy.

3. Aksi teatrikal

Selain berorasi, massa aliansi BEM SI turut menggelar aksi teatrikal dalam unjuk rasa. Salah satunya dilakukan oleh salah seorang mahasiswa dari Universitas Lampung di sekitar Patung Kuda.

"Demokrasi! Demokrasi! Kembalikan suaraku!" seru mahasiswa tersebut.

Dalam aksi teatrikal, mahasiswa tersebut menyerukan protes terhadap sikap represif aparat dalam menangani unjuk rasa beberapa waktu yang lalu. Aksi teatrikal tersebut ditujukan untuk menyindir matinya kondisi demokrasi di Indonesia. Sementara, massa mahasiswa lainnya mengiringi aksi teatrikal dengan menyanyikan lagu darah juang.

Mahasiswa juga membawa piagam sebagai tanda kegagalan pemerintah mengelola negara.

"Piagam kegagalan diberikan kepada Pemerintah atas gagalnya mengelola negara. Tertanda, rakyat yang menggugat," demikian bunyi 'piagam kegagalan' yang dibawa oleh massa dari BEM SI.

4. Keterlibatan pelajar diklaim berkurang

Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana mengungkapkan, keterlibatan pelajar dalam demonstrasi tolak UU Cipta Kerja kemarin berkurang.

"Sampai saat ini, keterlibatan para pelajar tidak sebesar beberapa hari sebelumnya," kata Nana kepada wartawan, Selasa.

Ia melanjutkan, ada 33 pelajar yang ditarik polisi keluar dari rombongan demonstran dengan alasan pengamanan.

Preseden ini sebelumnya juga terjadi pada demo serupa 8 Oktober lalu di Jakarta, tetapi polisi justru menahan beberapa orang, termasuk mahasiswa dan wartawan, tanpa dasar hukum selama lebih dari 24 jam.

"Ini kami amankan, bukan kami tangkap. Ini kan sedang berproses," lanjutnya ketika ditanya wartawan perihal bukti yang mendasari diamankannya beberapa orang.

5. Mahasiswa tolak temui perwakilan Jokowi, bubar tanpa bentrokan

Mahasiswa dari Aliansi BEM SI membubarkan diri dari area seputar Patung Kuda sekitar pukul 16.26 WIB. Mereka sebelumnya menolak untuk ditemui staf khusus Presiden yang tak disebutkan namanya.

"Kami cukupkan aksi hari ini" ujar Bagas Maropindra, koordinator lapangan aksi BEM SI.

Sebelumnya, Kapolda Irjen Nana Sudjana sempat mengeklaim akan menyampaikan aspirasi mahasiswa kepada perwakilan di Kantor Staf Presiden.

Namun, pihak BEM SI menolak tawaran tersebut.

"Kami menyatakan bahwa kami tidak menerima perwakilan istana selain Presiden," kata Bagas.

Bagas menegaskan, unjuk rasa hari ini bukan merupakan aksi terakhir yang akan dilakukan BEM-SI.

"Ini tidak akan jadi hari terakhir kita turun (aksi)," tegasnya.

Menyusul mahasiswa, elemen buruh juga membubarkan diri sekitar pukul 16.30 WIB.

Setelahnya, beberapa orang yang masih bertahan di lokasi aksi sempat melemparkan sejumlah benda kepada aparat dengan atribut lengkap.

Tak seperti yang sudah-sudah, kali ini polisi tak balas menyerang dengan menembakkan gas air mata ke arah massa, sehingga bentrokan tidak terjadi.

Sekitar pukul 17.48 WIB, massa membubarkan diri. Sementara itu, beberapa tentara tampak mengawal bubarnya massa.

"Ayo adek-adek kami (aparat TNI) kawal ya, ini kami kawal," ujar Dandim 0501/Jakarta Pusat BS Kolonel Inf Luqman Arief melalui alat pengeras suara.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/21/05462081/seputar-demo-20-oktober-di-jakarta-soroti-setahun-jokowi-maruf-bubar

Terkini Lainnya

Rute Mikrotrans JAK99 Pulogadung-Lampiri

Rute Mikrotrans JAK99 Pulogadung-Lampiri

Megapolitan
Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke