Namun, berbeda dengan pengemudi ojek online lain, Sarman menunggu order sambil menjajakan barang dagangannya.
Ia langsung mengangkat dagangannya tinggi-tinggi tiap kali ada pengguna jalan yang melintas. Di spakboard motornya juga ditempeli tulisan 5.000, yang menandakan harga dagangannya.
Sarman kini terpaksa menjadi pengemudi ojek online sambil berjualan akibat dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Sejak pandemi melanda Tanah Air pada 2 Maret lalu, order dari pelanggan yang masuk turun hampir dua kali lipat.
Akibatnya, penghasilan bapak dua anak ini juga menurun drastis.
"Kalau dulu sehari bisa Rp 140.000, semenjak corona ini ya paling hanya dapat Rp 70.000. Itu pun masih kotor," kata Sarman saat ditemui Kompas.com di pinggir jalan di kawasan Tangerang Selatan, Rabu (18/11/2020).
Sarman mengatakan, penghasilan dari Ojol itu jelas tak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Untuk kontrakan saja, tiap bulannya harus keluar Rp 500.000.
Belum lagi ditambah listrik Rp 200.000. Kemudian ia juga mempunyai utang koperasi dengan cicilan Rp 1,3 juta dan masih tersisa 5 bulan pembayaran lagi.
Lalu masih banyak lagi biaya yang perlu dikeluarkan untuk kebutuhan makan, rumah tangga, hingga sekolah anak.
"Saya juga bingung kadang-kadang, sejak corona ini paling sehari orderan yang masuk cuma tiga sampai empat kali," kata Sarman yang sudah menjadi pengemudi ojek online sejak 2017.
Berjualan camilan
Oleh karena itu lah, ia memutuskan untuk berjualan sejumlah camilan seperti kerupuk ikan, keripik singkong, dan stick balado.
"Daripada cuma bengong atau nongkrong enggak jelas, mending sambil jualan," kata dia.
Sarman mengatakan, ia mendapat camilan untuk bahan jualan itu dari pasar. Ia membeli secara borongan, lalu kemudian dikemas ke ukuran yang lebih kecil. Satu kemasan snack itu ia jual dengan harga Rp 5.000.
"Kalau untungnya saya hitung-hitung sih Rp 1.500 per bungkusnya," kata dia.
Dari berjualan itu, Sarman pun bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Jika dalam sehari terjual 20 bungkus saja, maka ia sudah mendapat untung Rp 30.000.
"Ya lumayan lah buat tambah-tambah," kata dia.
Jika akhirnya mendapat orderan penumpang, maka snack ringan itu ia taruh di plastik hitam dan diletakkan di bawah kakinya. Sebagian juga ada yang ditaruh di bawah jok motor.
"Yang penting biar enggak keliatan sama penumpang. Kalau keliatan kan suka enggak enak juga kitanya," ujar dia.
Istri ikut bekerja
Tak hanya Sarman yang berjuang lebih ekstra di masa pandemi ini. Istrinya juga pun harus ikut bekerja keras.
Sebelum pandemi, istri Sarman bisa fokus mengurus kedua anaknya yang kini duduk di usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Namun kini istri Sarman harus membagi waktunya dengan urusan mencari nafkah.
"Istri saya sekarang bantu-bantu tetangga momong bayi. Kebetulan itu tetangga punya bayi kembar. Ya lumayan untuk tambahan," kata dia.
Selain itu, sang istri juga menjual minuman dan camilan anak-anak di kontrakannya.
Terlepas dari kesulitan ekonomi di masa pandemi ini, Sarman tetap bersyukur bisa diberi kemudahan. Misalnya dalam hal berjualan snack.
Mulanya ia harus membeli snack itu sebelum menjualnya kembali.
Kini, pemilik toko sudah mempercayakannya untuk mengambil snack itu tanpa membayar di muka. Jika laku, barulah Sarman membayar ke pemilik toko. Sementara jika snack tidak laku, maka bisa dikembalikan.
"Jadi ya alhamdulillah tidak keluar modal di awal dulu," katanya.
Sarman pun berharap agar pandemi ini segera berakhir sehingga kondisi ekonominya bisa kembali normal.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/20/06412151/lawan-dampak-pandemi-pengemudi-ojol-ini-tunggu-order-sambil-jualan