Salin Artikel

Kisah Kawiyan, Hidup 34 Tahun di Bantaran Kali Cipinang hingga Jadi Saksi Perubahan Kualitas Kali

JAKARTA, KOMPAS.com - Sore hari, Kawiyan (67) merokok kretek di depan rumahnya. Ia sedang istirahat setelah bekerja sejak subuh.

Sehari-hari, ia berjualan tempe menggunakan motornya.

Ketika mentari belum muncul, Kawiyan harus pergi ke pabrik untuk mengambil tempe, kemudian menjualnya.

Pabrik itu tak jauh dari rumahnya, di dekat Kali Cipinang yang berada di Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

Uang hasil jualan tempe ia gunakan untuk keperluan hidup sehari-hari, termasuk untuk membayar kontrakan.

Namun, tak hanya itu, Kawiyan juga harus berpikir soal istrinya di Pekalongan.

Sebab, sudah tiga tahun belakangan ini, istrinya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman.

"Ya biar ngirit aja. Di sini kan biaya hidup mahal. Sebagian hasil jualan tempe dikirim ke Pekalongan," kata bapak lima anak itu.

Kawiyan pun memutuskan memilih kontrakan yang lebih kecil.

"Yang penting bisa tidur," kata dia.

Saksi perubahan Kali Cipinang

Kawiyan sudah lama tinggal di Jakarta. Ia pernah tinggal di Mampang Prapatan pada era 1970-an.

Namun, sejak 1986 hingga kini, ia tinggal Kelurahan Rambutan dan selalu tak jauh dari bantaran Kali Cipinang.

"Dulu kali masih belum ada pinggiran semennya. Airnya masih jernih," kenang Kawiyan.

Kini, Kali Cipinang yang ia kenal sejak dulu telah berubah. Warna airnya hitam pekat. Sampah-sampah menumpuk di pinggir.

Beberapa kali, sejumlah warga secara sengaja membuang tumpukan plastik ke sungai.

Belum lagi soal kotoran. Banyak warga di sekitar Kali Cipinang membuang kotoran langsung ke aliran kali karena tidak memiliki septic tank.

Lurah Rambutan Dalijo menyayangkan warganya yang membuang kotoran di aliran kali.

Sejauh ini, terdapat 116 keluarga di Kelurahan Rambutan yang belum memiliki septic tank.

Namun, Kawiyan menganggap hal itu sebagai efek dari padatnya jumlah penduduk.

"Di sini dulu masih sepi. Masih banyak lahan kosong. Tetapi sekarang lihat bagaimana kondisinya," ucap Kawiyan.

Banjir sebagai teman

Sejak 1986, Kawiyan sudah tak ingat berapa kali banjir menerjang rumahnya karena saking seringnya.

Yang dia ingat, pada tahun baru 2020, air meluap sangat tinggi.

"Sering kali sini meluap. Sekolah pada diliburkan," kata dia.

Kawiyan tampak pasrah melihat kondisi Kali Cipinang sekarang.

Lonjakan jumlah penduduk, perilaku manusia dari masa ke masa, banjir, hingga perubahan warna air Kali Cipinang. Ia merasakan itu semua.

Yang dipikarannya hanya soal melanjutkan hidup dengan hasil jualan tempe.

Menghidupi istrinya, memikirkan anak-anak dan cucu-cucunya, juga soal bagaimana agar bisa merokok kretek yang bisa habis dua bungkus per harinya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/20/09275211/kisah-kawiyan-hidup-34-tahun-di-bantaran-kali-cipinang-hingga-jadi-saksi

Terkini Lainnya

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke