Namun, tak banyak yang tahu, pria yang akrab disapa Bang Jeck ini pernah menerima 12 peluru di tubuhnya ketika menghadapi penjahat.
Meski demikian, Jeck mengaku tidak kapok berurusan dengan penjahat.
"Hobi gue cuma satu, nangkap penjahat," ujar Jeck ketika ditemui Kompas.com, Kamis (19/11/2020).
Bercerita tentang selusin peluru yang pernah bersarang di tubuhnya, Jeck bercerita bahwa pada 2007 lalu, dia ditugaskan menangkap komplotan perampok mesin ATM yang beraksi di Jakarta.
Komplotan tersebut berhasil menggasak Rp 2,8 milyar uang dari mesin ATM.
Beberapa anggota komplotan berhasil ditangkap ketika berada di Jakarta.
Namun, beberapa lainnya berhasil kabur ke kota lain sehingga Jeck dan kawan-kawannya harus getol menyambangi kota-kota tempat pelarian anggota komplotan tersebut.
“Beberapa itu sudah ditangkap. Tapi beberapa masih kabur ke Lampung, kita kejar ke Lampung, lalu ternyata pelaku ke Bandung ya kita kejar ke Bandung,” tutur Jeck.
Berbekal informasi tersebut, Jeck dan rekan-rekannya yang baru mendapatkan dua jam istirahat segera berangkat ke Bandung.
Pihaknya bekerja sama dengan Polda Jawa Barat melakukan penangkapan terhadap tersangka.
Saat baru tiba, beberapa anggota kepolisian yang telah terlebih dahulu berada di lokasi mengingatkan Jeck bahwa pelaku membawa senjata api, sehingga harus ekstra hati-hati.
“Pas di dalam situ dibilang hati-hati. Ternyata, pelaku selain punya senjata (api) juga punya granat,” ujar Jeck.
Ternyata, pelaku berada di dalam sebuah mobil.
Jeck pun memutuskan untuk masuk ke mobil tersebut.
"Gue bilang ke yang lain (rekan-rekan polisi), kalau dalam hitungan lima gue enggak keluar, kalian serbu," kata dia.
Tanpa mengenakan rompi antipeluru, Jeck masuk ke mobil yang diduga milik pelaku.
Ketika ia masuk dan mencoba menangkap pelaku, Jeck dihadiahi tembakan dari senjata api pelaku.
"Waktu ketembak itu kerasa. Enggak pingsan. Ketembak 12 peluru,” ujar Jeck.
Ia kemudian membalas dengan dua buah tembakan yang langsung mengenai pelaku.
Pelaku tewas, nyawanya tak terselamatkan.
Jeck segera dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani operasi. Sembilan peluru berhasil dikeluarkan dari tubuhnya.
Namun, tiga lainnya hingga kini masih bersarang di tubuh Jeck.
“Tiga masih ada nih. Buat kenang-kenangan,” candanya.
Tak betah lama-lama istirahat
Akibat luka tembakan yang diterimanya, Jeck harus menjalani perawatan intensif selama kurang lebih satu bulan.
Bahkan tangannya yang terkena tembakan direkomendasikan untuk diamputasi oleh dokter.
"Ini tadinya mau diamputasi. Gue enggak mau," ujar Jeck.
Usai menjalani satu bulan perawatan, Jeck hendak dipindahkan ke rumah sakit lain guna menjalani perawatan lanjutan.
Tetapi Jeck mengaku sudah tidak betah menjalani perawatan di rumah sakit.
Imbasnya, ketika sedang dibawa oleh mobil ambulans milik rumah sakit. Jeck yang tak mau lagi dirawat memutuskan kabur ketika sedang berada di jalan tol.
"Pas di jalan tol itu gue turun, karena enggak mau, sudah enggak betah. Di belakang kan ada mobil anggota (kepolisian), ya sudah gue pindah ke situ, terus minta dibawa pulang," ujar Jeck sambil diselingi tawa.
Jeck kemudian diantar pulang dan menjalani perawatan di rumahnya.
Namun, baru satu minggu sejak kepulangannya dari rumah sakit, Jeck sudah kembali ke lapangan.
Pasalnya, ia menerima informasi tentang adanya kasus mutilasi di Jakarta Utara.
"Baru seminggu itu. Gue baca handphone, kok ada mutilasi ini di Jakarta Utara," tutur Jeck.
Merasa tak bisa tinggal diam, Jeck yang masih membutuhkan perawatan lebih lanjut bergabung bersama tim untuk menangkap pelaku.
"Ya sudah gabung lah itu. Padahal masih diperban," ucapnya.
Tak hanya itu, ketika menjalani perawatan di rumah, Jeck sempat kabur lewat jendela karena sudah tidak betah lama-lama di rumah.
Pascakasus penembakannya, Jeck sempat dipindahkan untuk bertugas di kantor polisi dan bukan di lapangan.
Ia menjalani posisi barunya selama kurang dari enam bulan.
"Enggak nyampe enam bulan, empat bulanan kayaknya, karena langsung dipindah ke serse lagi,” tuturnya.
Jeck mengaku tidak betah ketika harus menjalani rutinitas di kantor. Ia mengaku lebih kerasan mengungkap kejahatan dan menangkap penjahat langsung dari jalanan.
“Waktu itu ya malah nonton Patroli (program tayangan kriminal), nonton berita, gitu. Enggak betah,” ujarnya.
Ketika ditawari untuk pindah ke lokasi ataupun unit lain dengan alasan keamanan pun, Jeck selalu menolak.
“Jangan pindah. Kalau pindah itu artinya polisi kalah sama penjahat. Enggak boleh kalah!” tegasnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/24/09293221/12-peluru-bersarang-di-tubuhnya-jacklyn-choppers-tak-gentar-lawan