JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria meminta masyarakat tidak menanggapi unggahan foto Gubernur DKI Anies Baswedan sedang membaca buku berjudul "How Democracies Die" secara berlebihan.
"Tidak usah ditafsirkan berlebihan," kata dia dalam keterangan suara diterima, Selasa (24/11/2020).
Pria yang akrab disapa Ariza tersebut menilai unggahan foto Anies membaca buku sebagai hal yang biasa. Sebab, membaca buku sering dilakukan oleh para pemimpin.
"Artinya, saya kira Pak Gubernur dan semua pemimpin membaca buku, itu biasa," kata Ariza.
Dia juga mengatakan ada banyak buku yang dibaca oleh Anies, mulai dari genre religi sampai seni budaya.
Dia meminta agar setiap orang menyikapi secara bijak unggahan foto Anies tersebut.
"Jadi saya kira kita sikapi secara bijak," kata Ariza.
Sebelumnya diberitakan, Anies Baswedan mengunggah sebuah foto dirinya sedang bersantai pada Minggu (22/11/2020) pagi.
Dalam unggahan tersebut dia menuliskan caption "Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi".
Dalam unggahan foto tersebut, Anies terlihat sedang duduk di kursi dengan latar belakang lemari buku kayu dan beberapa furnitur.
Anies menunjukkan dirinya sedang membaca buku " How Democracies Die" yang ditulis oleh Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.
Buku tersebut juga tersedia dalam versi terjemahan di Google Books.
Dalam sinopsisnya, buku tersebut menceritakan kematian demokrasi dengan terplihnya banyak pemimpin otoriter.
Kepemimpinan otoriter dinilai akan menyalahgunakan kekuasaan pemerintahan, dan penindasan total atas oposisi.
Gejala-gejala kematian demokrasi dinilai sedang terjadi di seluruh dunia dan pembaca diajak untuk mengerti untuk cara menghentikan kematian demokrasi ini.
Dua penulis merupakan profesor dari Harvard yang menerangkan sejarah dan kerusakan rezim selama abad ke-20 dan ke-21 dan menunjukan bahayanya pemimpin otoriter ketika menghadapi krisis besar.
"Berdasarkan riset bertahun-tahun keduanya menyajikan pemahaman mendalam mengenai mengapa dan bagaimana demokrasi mati," tulis sinopsis dalam Google Books.
Buku tersebut memuat analisis pemicu kewaspadaan bagaimana demokrasi didesak oleh kekuasaan yang otoriter dan mengancam pemerintah, partai politik, dan individu.
"Kita bisa melindungi demokrasi kita dengan belajar dari sejarah, sebelum terlambat," tulis sinopsis buku tersebut.
Buku berjudul "Bagaimana Demokrasi Mati" ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama 2019 dengan tebal 288 halaman.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/24/17345161/anies-baca-buku-how-democracies-die-wagub-dki-tak-usah-ditafsirkan